Food company at centre of 'slavery' scandal continues to work with disgraced contractor

Perkebunan Covino Farms di Australia yang pekerjanya mengalami kondisi perbudakan ternyata masih melanjutkan kerjasama dengan perusahaan penyalur tenaga kerja yang bermasalah.
Sebelumnya, menyusul laporan investigasi Four Corners yang ditayangkan ABC, perkebunan tersebut menyatakan telah menghentikan kerjasama dengan penyalur tenaga kerja bernama Chompran Enterprises.
Namun ABC bisa memastikan ternyata Covino Farms mendaftarkan bisnis baru bersama Samnang Huor, pria asal Kamboja yang merupakan calo tenaga kerja.
Samnang Huor merupakan perwakilan dari perusahaan Chompran Enterprises, yang memperlakukan tenaga kerjanya dengan kondisi menyerupai perbudakan.
Sedangkan Covino Farms merupakan salah satu perkebunan sayur terbesar di Australia, yang memasok kebutuhan supermaket dan jaringan restoran makanan cepat saji KFC, Red Rooster dan Subway.
Dalam laporan ABC sebelumnya diungkapkan bagaimana pekerja asing di perkebunan dan pabrik-pabrik di Australia dilecehkan secara fisik dan mental, ditipu secara finansial, serta dalam sejumlah kasus diperlakukan tidak senonoh secara seksual.
Laporan itu juga menyebutkan lebih dari 100 pekerja asing dibayar murah dan dieksploitasi oleh Chompran Enterprises yang menyalurkan mereka ke perkebunan Covino Farms.
Seorang pekerja wanita di tempat itu bahkan mengaku diperlakukan tidak senonoh secara seksual di rumah Samnang Huor.
Perkebunan Covino Farms di Australia yang pekerjanya mengalami kondisi perbudakan ternyata masih melanjutkan kerjasama dengan perusahaan penyalur
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia