Football Coming Rome
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Schmeichel muda tidak kalah prestasi dibanding ayahnya. Ia tidak memperkuat klub empat besar liga Inggris, tetapi komplet merasakan juara kompetisi dan menjadi pemenang Piala FA yang menjadi kompetisi sepak bola paling tua di dunia.
Ketika Denmark mengejutkan dunia dengan menjadi juara Piala Eropa pada 1992 Schmeichel masih berusia enam tahun, belum cukup akil balig untuk memahami sepak bola. Namun, ia mewarisi kebanggaan itu dari bapaknya yang menjadi tulang punggung timnas Denmark.
Karena itu Schmeichel tidak takut oleh gertakan suporter Inggris. Ia juga tidak gentar melihat penampilan pemain-pemain Inggris, karena semua pemain timnas Inggris, mulai dari kiper sampai striker, sudah pernah dia hadapi di kompetisi.
Schmeichel menjadi palang pintu utama yang susah ditembus ketika Leicester mengalahkan Chelsea 1-0 di partai puncak Piala FA.
Karena itu Schmeichel tidak takut melihat gerakan Mason Mount, bintang Chelsesa yang menjadi bintang timnas Inggris.
Schmeichel juga tidak takut melihat Phill Foden, Luke Shaw, Jack Grealish, Raheem Sterling, maupun Harry Kane. Semuanya sudah pernah dia hadapi, dan dia hafal betul gerakan mereka.
Karena itu, pada pertandingan menentukan di semifinal Kamis dini hari (8/7), Schemeichel berada pada tingkat kepercayaan diri tinggi.
Denmark berhasil unggul terlebih dahulu lewat tendangan bebas ciamik Mikkel Damsgaard.
Karena itu wajar kalau muncul spekulasi bahwa EURO 2020 ini Inggris lebih banyak diuntungkan oleh UEFA.
- Presiden AS dan PM Inggris Bertemu Untuk Akhiri Perang Ukraina
- Nekat Bakar Al-Qur’an, Langsung Diburu dengan Sajam
- Ketua DPR RI dan Italia Sepakat untuk Tingkatkan Hubungan Diplomatik
- Italia Tutup Akses AI DeepSeek Buatan China, Takut Kebobolan?
- Casa Cuomo Ristorante & Lounge Raih Penghargaan Internasional Berturut-turut
- Dipecat Arab Saudi, Roberto Mancini CLBK dengan Timnas Italia?