Formula E, PON Papua, dan Sirkuit Mandalika

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Formula E, PON Papua, dan Sirkuit Mandalika
Revitalisasi kawasan Monas untuk Formula E. Foto: Azil/JPNN, diambil Februari 2020

Semua bangga dengan Stadion Lukas Enembe yang disebut paling megah di Asia-Pasifik. Rakyat Papua bangga dengan Sport Complex di Mimika yang lengkap dan canggih serta berkelas internasional.

Kebanggaan itu tidak ternilai harganya, sehingga masyarakat tidak mempermasalahkan biaya triliunan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat.

Semua mafhum, gelaran PON bukan sekadar gelaran olahraga, tetapi sekaligus ajang politik dan gerakan public relation internasional.

Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Papua sejajar dengan daerah lainnya. Tidak ada diskriminasi, tak ada eksploitasi. Untuk itu pemerintah Indonesia rela mengeluarkan triliunan rupiah.

Proyek Sirkuit Mandalika, semua tahu, banyak mendapatkan protes dari masyarakat sekitar. Banyak rakyat yang merasa dirugikan karena tanahnya digusur untuk pembangunan sirkuit.

Para aktivis lingkungan memprotes pembangunan yang dianggap membahayakan lingkungan. Media internasional mengecam proyek itu karena ada indikasi pelanggaran HAM.

Problem-problem itu cukup serius, tetapi pemerintah menunjukkan tekad dan dukungan penuh, karena Sirkuit Mandalika akan menjadi salah satu yang terbaik di Asia, dan akan mampu mengejar ketertinggalan dari negara lain, termasuk Malaysia.

Perhelatan PON Papua, Sirkuit Mandalika, atau Formula E, tidak membuat rakyat kenyang, seperti kata Tina Bolo-Bolo.

Konon ada unsur politik yang membuat Formula E, PON Papua, dan Sirkuit Mandalika ramai jadi perbincangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News