Forum Kemitraan Perkuat Tiga Hal Penting untuk Suku Anak Dalam
Namun, dia sempat menyinggung adanya sikap arogan dari Lembaga Swadaya Masyarakat yang bermarkas di Jambi. Lembaga tersebut dinilai sering kali tidak melakukan koordinasi dalam memperkuat warga SAD di wilayahnya.
“Koordinasi ini perlu, seperti saat kedatangan Pak Menteri Nadiem Makarim kemarin,” katanya di dalam forum.
Kepala Balai Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Haidir menegaskan pihaknya telah membuka ruang bagi warga SAD melalui perpaduan aturan adat dengan aturan negara.
Untuk sumber penghidupan, pihaknya telah membagi ke dalam Tapak Keluarga dan Tapak Komunal dalam Zona Tradisional sebagai sumber pangan atau lumbung pangan SAD.
“Khusus untuk ketahanan pangan mereka telah diakomodir di zona tradisional Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai ruang hidup dan sumber penghidupan,” katanya.
Haidir juga menjelaskan kawasan TNBD ini terbagi menjadi 13 wilayah adat yang berasal dari 13 kelompok temenggung. Total luas zona tradisional 36.000 ha atau hampir 70 persen dari total luas kawasan TN Bukit Duabelas yaitu 54.000 ha.
Khusus untuk Kabupaten Sarolangun ini ada 6 wilayah adat dari 6 kelompok Temenggung yaitu Nggrip Nangkus Bepayung, Afrizal/Kecinto, Bebayang dan Meladang (digantikan oleh Melayaw Tua).
"Mereka semua sudah ada di dalam hutan dan mereka sudah lama bermukim di sana, jauh sebelum kita hidup bernegara,” ujar alumnus Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor ini.
Forum kemitraan memperkuat tiga hal penting yang harus didorong untuk penguatan Suku Anak Dalam.
- Mensos Risma Apresiasi Guru yang Sukarela Mengajar Suku Anak Dalam
- Mensos Risma Tempuh Medan Berat Temui Suku Anak Dalam, Begini Penanganannya
- Tuntaskan Konflik Agraria, Hadi Tjahjanto Jadi Menteri Pertama yang Kunjungi Muratara
- Menteri Hadi Upayakan Penyelesaian Sengketa Lahan Suku Anak Dalam di Musi Rawas
- Film Dokumenter Pulang Rimba Roadshow ke Jakarta, Libatkan KOPHI dan Mutiara Azka
- Kunjungi Suku Anak Dalam 113, Menteri Hadi Dapat Kehormatan Santap Kepala Baung