Fotografer Australia Tinggal di Wilayah Timur Indonesia untuk Memotret Kehidupan Penangkap Paus
Dan sekalinya tiba di sana, hidup kembali menjadi sederhana.
"Tidak ada listrik, tidak ada air mengalir, dan makanannya biasanya hanya nasi dan daging paus yang dikeringkan. Tidak ada hotel, tidak ada alkohol," ujar Paul.
Meski mengapresiasi kebudayaan dan masyarakat setempat, Paul mengatakan dirinya tidak bermaksud mempromosikan pembunuhan paus, lumba-lumba atau pun ikan pari.
"Meskipun topik paus sangatlah kontroversial dan mungkin menyeramkan untuk dilihat, warga di sini adalah orang-orang ceria yang selalu menolong orang seperti saya, pendatang yang berusaha datang dan melihat kebudayaan mereka seperti apa," katanya.
"Perburuan paus adalah sumber penghasilan di sini, sehingga setiap warga pasti terlibat di dalamnya."
Pelakunya didominasi pria, yang membangun kapal dan perlengkapan memancing dengan tangan mereka sendiri.
Sementara itu perempuan biasanya memasak dan merapikan rumah.
Warga yang memiliki otoritas tertinggi dalam pekerjaan memancing ini disebut lamafa.
Wartawan fotografer asal Australia rela hidup tanpa listrik atau air bersih demi mengabadikan kehidupan warga penangkap paus di wilayah timur Indonesia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan