Fotografer Australia Tinggal di Wilayah Timur Indonesia untuk Memotret Kehidupan Penangkap Paus

Dan sekalinya tiba di sana, hidup kembali menjadi sederhana.
"Tidak ada listrik, tidak ada air mengalir, dan makanannya biasanya hanya nasi dan daging paus yang dikeringkan. Tidak ada hotel, tidak ada alkohol," ujar Paul.
Meski mengapresiasi kebudayaan dan masyarakat setempat, Paul mengatakan dirinya tidak bermaksud mempromosikan pembunuhan paus, lumba-lumba atau pun ikan pari.
"Meskipun topik paus sangatlah kontroversial dan mungkin menyeramkan untuk dilihat, warga di sini adalah orang-orang ceria yang selalu menolong orang seperti saya, pendatang yang berusaha datang dan melihat kebudayaan mereka seperti apa," katanya.
"Perburuan paus adalah sumber penghasilan di sini, sehingga setiap warga pasti terlibat di dalamnya."
Pelakunya didominasi pria, yang membangun kapal dan perlengkapan memancing dengan tangan mereka sendiri.
Sementara itu perempuan biasanya memasak dan merapikan rumah.
Warga yang memiliki otoritas tertinggi dalam pekerjaan memancing ini disebut lamafa.
Wartawan fotografer asal Australia rela hidup tanpa listrik atau air bersih demi mengabadikan kehidupan warga penangkap paus di wilayah timur Indonesia
- Kampanye Pemilu di Australia: Jarang Ada Spanduk, Lebih Menjual Kebijakan
- Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Australia Akhir Tahun Ini
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Akan 'Melawan' Tarif yang Diberlakukan Trump
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'