Fotografer Australia Tinggal di Wilayah Timur Indonesia untuk Memotret Kehidupan Penangkap Paus
Paul tidak jarang melihat kapal yang setengah tenggelam atau rusak. Ia juga suka mendengar kabar tentang warga yang meninggal atau pun terluka ketika berusaha menangkap paus.
Paus yang berhasil ditangkap akan memberi makan 1.000 warga di desa itu, atau dijual.
"Tergantung seberapa besar pausnya, biasanya jasadnya bisa bertahan seminggu atau bahkan sebulan, dan dagingnya bisa dikeringkan atau dibarter," ujar Paul.
"Mereka akan menukarkannya dengan warga dari pulau lain untuk mendapat nasi atau sayur. Ini cara hidup yang sebenarnya."
Desa tersebut memiliki kuota penangkapan 12 ekor paus per tahun yang ditetapkan oleh Komisi Penangkapan Paus Internasional.
Sayangnya tanpa penjelasan yang memadai, paus sudah menjadi semakin langka, seperti juga diamati Paul.
"Waktu saya ke sana lagi tidak lama ini, mereka mengatakan belum melihat paus selama lebih dari setahun," ujarnya.
Belum ada bukti bahwa kegiatan masyarakat tersebut adalah sebab dari terjadinya hal ini.
Wartawan fotografer asal Australia rela hidup tanpa listrik atau air bersih demi mengabadikan kehidupan warga penangkap paus di wilayah timur Indonesia
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025
- Misinformasi Soal Kenaikan PPN Dikhawatirkan Malah Bisa Menaikkan Harga
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
- Dunia Hari Ini: Pemerintah Korea Selatan Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat
- Jakarta Punya Masalah Kucing Liar, Penuntasannya Dilakukan Diam-diam
- Dunia Hari Ini: Ada Banyak Pertanyaan Soal Kecelakaan Pesawat Jeju Air