Freddy Numberi Ingatkan Milenial Bahaya Politik Adu Domba
Sebagai bangsa, jelas bekas Menteri Kelautan dan Perikanan di era era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla ini, harus mengakui bahwa pelanggaran HAM di Indonesia terutama di Papua masih menjadi 'pekerjaan rumah' rezim pemerintah yang silih berganti.
Namun di satu sisi, dia mendapati ada banyak rekayasa politik yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak mencintai keutuhan bangsa Indonesia dan memecah belah (divide et impera) di kalangan masyarakat terutama di “akar rumput”. Ujaran kebencian, diskriminasi maupun caci maki politik, menyayat hati kita sebagai anak bangsa Indonesia.
Lebih lanjut Freedy mengajak seluruh elemen bangsa untuk mempelajari lebih banyak lagi tentang ke-Indonesiaan. Sebab sampai saat ini, kita masih belum juga dewasa dan belum mapan sebagai bangsa, meskipun NKRI ini telah merdeka 75 tahun.
Sebagai suatu bangsa yang besar yang terdiri dari beragam etnis, suku dan agama, kita belum memahami secara baik dan benar makna sasanti Bhinneka Tunggal Ika yang diwariskan oleh pendiri negeri ini sebagai semboyan negara.
Semestinya kita bisa menghayati dan mengimplementasikan falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara dalam kehidupan keseharian kita agar terbangun sebuah keharmonisan dan kerukunan di antara sesama anak bangsa terutama generasi milenial agar unggul, memiliki masa depan yang baik dan taat kepada Tuhan YME serta mencintai Indonesia.
"Kenyataannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hingga kini, kita masih sering terjangkit penyakit kronis yang laten dan turun temurun yaitu “AIDSS”, Angkuh, Iri, Dendam, Serakah, SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Fakta juga menunjukkan adanya intoleransi beragama yang akhir-akhir ini muncul di kalangan masyarakat maupun dunia pendidikan di Indonesia. Sangat Ironis ," tegas Freedy.
Eks Gubernur Irian Jaya ini pun ingatkan semangat “nation building” bangsa Indonesia, tidak boleh pudar di makan waktu. Dialalu mengutip filsuf Ernest Renan yang melontarkan “le desir d’etre ensemble” yaitu keinginan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa dan mengembangkan kemajuan serta kesetaraan. Hilangkan prejudice atau prasangka yang dapat merusak nasionalisme Indonesia di masa mendatang," ajaknya.
Freddy menjelaskan, dalam visi Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin (2020-2024), salah satu butirnya adalah Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia. Peningkatan kualitas Generasi Milenial Indonesia, bukan hanya dari aspek ilmu pengetahuannya saja, tetapi juga peningkatan kualitas dalam hal penghayatan terhadap pilar-pilar kebangsaan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, agar menjadi manusia unggul yang rendah hati, bermartabat dan berakhlak mulia dalam menghantar Indonesia ke depan agar dihormati dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Tokoh Senior Masyarakat Papua Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi lontarkan kekhawatirannya terhadap situasi politik nasional saat ini utamanya di Tanah Papua
- Program Sarapan Sehat Bergizi tak Hanya untuk Anak Didik, Tetapi juga Menyasar Para Guru
- Yohannis Manansang Berencana Bangun Rumah Sakit Internasional di Sentani
- Mantan Bupati Ini Ditangkap Polisi terkait Pencabulan Anak
- Jelang Natal & Tahun Baru, Senator Manaray Bersama Kemenhub Sepakat Awasi Harga Tiket ke Papua
- Dukung Penuh Pengamanan Pilkada di Puncak, Tim Asistensi Operasi Damai Cartenz 2024 Turun Gunung
- Khusus Calon PPPK, Ini Info Terkini dari Bu Ani