FSGI Temukan Guru Rajin Mengunggah Berita Hoaks di Medsos
Wasekjen FSGI Satriwan Salim menambahkan, relasi pembelajaran yang terbangun antara guru dan siswa adalah relasi guru superior dan siswa inferior.
Pola seperti ini masih banyak ditemukan FSGI di sekolah-sekolah. Akibatnya, guru kadang memberi doktrin yang berbeda dan siswa hanya bisa menerima.
“Tidak tercipta ‘pembelajaran dialogis’ antara siswa dan guru. Penyemaian radikalisme terjadi ketika guru terbiasa mendoktrin pelajaran, apalagi dalam ilmu sosial dan agama. Tidak terbangunnya suasana pembelajaran dialogis, mendengarkan pendapat argumentasi siswa," cetus Satriwan.
Menurutnya, FSGI bahkan menemukan ada guru yang tiap hari mengunggah di akun FB-nya berita-berita hoaks dari sumber tak kredibel.
Guru tersebut juga aktif membagi tautan dan video bermuatan kebencian SARA serta konten-konten yang memojokkan salah satu kelompok politik di negara. (esy/jpnn)
FSGI menemukan bibit radikalisme yang sudah tumbuh sejak dini di sekolah melalui pendidikan.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- Mendiktisaintek: Pendidikan Ampuh Mencegah Radikalisme dan Terorisme
- BNPT & PNM Kerja Sama Cegah Radikalisme lewat Pemberdayaan Ekonomi
- Mendikdasmen Abdul Mu’ti Memberi Sinyal Kuat Perubahan, FSGI Bereaksi
- FSGI Sebut Anak STM Punya Hak Melakukan Demonstrasi, Jangan Ditangkapi
- Kepala BNPT: RAN PE Masih Perlu Dilanjutkan
- LPOI dan LPOK Ingatkan untuk Mewaspadai Metamorfosa Gerakan Radikalisme dan Terorisme