FSI Prediksi Gerakan Pro Demokrasi di China Bakal Berlanjut
Selain itu, deretan protes warga dalam kurun 6 minggu itu menunjukan bahwa rakyat RRC tidak memiliki ketidakpuasan terhadap rezim PKC yang berkuasa.
“Stabilitas itu hanya membuktikan keras dan kuatnya pengawasan dan pembungkaman terhadap suara yang berbeda dari pemerintah,” tutur Johanes.
Namun, kata Johanes, rangkaian protes pada Oktober dan November 2022, menunjukkan bahwa pengawasan dan pembungkaman ternyata tidak selamanya efektif.
"Generasi muda yang sangat familiar dengan teknologi dan media sosial dapat menemukan celah untuk menyampaikan suara mereka," ujarnya.
Johanes juga memprediksi bahwa gerakan protes terhadap The Great Firewall yang dibangun rezim komunis China, masih akan terus berlanjut.
"Tantangan berupa strategi dan inovasi akan terus digagas oleh anak-anak muda yang menginginkan perubahan," katanya.
Sementara itu, Profesor Jie Chen mengatakan bahwa Gerakan Kertas Putih memiliki beberapa perbedaan utama dibandingkan gerakan-gerakan serupa yang terjadi di China sejak 1990.
"Elemen-elemen dalam Gerakan Kertas Putih menantang legitimasi rezim Partai Komunis China (PKC) dan bangkitnya seorang ditaktor,” ujar Jie Chen.
FSI memprediksi gerakan pro demokrasi di China, masih akan terus berlanjut. Gerakan protes terhadap PKC juga terus dilakukan.
- Pakar Bahas Dampak Soft Power Tiongkok dalam Pendidikan dan Budaya di Indonesia
- Diplomasi Pertahanan dengan China Belum Mengurangi Ketegangan di Natuna
- Tekanan China Meningkat, Indonesia Diminta Perkuat Pertahanan di Natuna
- Modernisasi Militer China Jadi Tantangan bagi Indonesia dan Asia Tenggara
- Akademisi Imbau ASEAN Harus Tegas Menghadapi Ketegangan China-Taiwan
- Negara-Negara ASEAN Diimbau Bersatu untuk Hadapi Aksi Agresif China