Fufu Papa
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - Seorang guru besar menegur saya di ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta. Sama-sama akan ke Aceh. Kemarin.
"Sampai hari ini Disway belum membahas Fufufafa," ujarnya.
Saya tertegun. Fufufafa.
Begitu banyak guru besar yang ke Aceh. Ada pertemuan Majelis Wali Amanat (MWA) di Aceh. Khusus untuk MWA dari universitas yang sudah berstatus PTNBH –Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum. Rutin. Tiap tahun. Tempatnya berpindah-pindah. Kebetulan ini mendekati 20 tahun tragedi tsunami Aceh.
Guru besar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) itu benar. Saya ternyata belum pernah menulis soal Fufufafa, padahal hebohnya luar biasa.
Saya malu, apalagi pertanyaan itu diucapkan di depan begitu banyak guru besar dari berbagai perguruan tinggi ternama di Jawa.
Untung segera boarding.
Di dalam pesawat saya duduk di pojok kelas ekonomi. Posisi saya kejepit dua ibu yang juga akan ke Aceh –atau, rasanya orang asli Aceh.
Dari sisi isi, Fufufafa sebenarnya tidak begitu berat –untuk ukuran politik Amerika. Isi Fufufafa menjelekkan Prabowo Subianto dan merendahkan anaknya.
- Kunjungi Pasar di NTT, Jokowi Kembali Minta Maaf Kepada Rakyat
- Pengamat: Kepemimpinan Prabowo-Gibran Bakal Hadapi Situasi Geopolitik yang Kompleks
- Masukan Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah untuk Prabowo, Ada Soal PPPK
- Menteri Anas: Pemindahan ASN ke IKN Tunggu Keputusan Pemerintah Baru
- Jokowi: Bendungan Paling Banyak Dibangun di NTT, Bukan di Provinsi Lain
- Prabowo dan Megawati Bakal Ketemu, Jokowi Bereaksi Begini