Full Day School, Prestasi Atlet Pelajar Terancam Turun
“Mereka akhirnya kecapekan, karena tidak mempunyai waktu istirahat,” lanjutnya.
Kondisi seperti itulah yang akhirnya ditakutkan oleh Onny, terkait prestasi para atletnya ke depan. Apalagi beberapa dari mereka akan terjun di berbagai kejuaraan daerah (Kejurda), maupun kejuaraan nasional (Kejurnas).
“Sebenarnya kami masih butuh banyak waktu untuk pembinaan. Namun dengan minimnya waktu anak-anak, sepertinya pembinaan akan sangat sulit dilakukan,” jelasnya.
Padahal, atlet tidak hanya membutuhkan kepandaian akademik, namun juga kemampuan fisik dan kecerdasan emosional.
“Kemampuan itu diperoleh dari latihan keras dan rutin,” ungkapnya.
Di sisi lain, Pelatih Cabor Senam Kota Malang, Anna Mariatna juga sependapat dengan Onny.
Dia mengaku setelah full day school para atlet terlihat capek ketika berlatih. Hal tersebut membuatnya turut khawatir jika nanti para atlet akan menurun kualitasnya.
“Mereka kebanyakan tenaga dan pikirannya diforsir ketika di sekolah, jadi datang latihan terkadang sudah letih. Jadi bagaimana pun saya harus mensiasati, bagaimana atlet bisa berlatih meskipun sedang letih,” beber Anna.
Program full day school yang digeber mulai tingkat SD, SMP, dan SMA, mulai dikeluhkan para atlet pelajar.
- Sekolah & Kampus Bisa PTM 100 Persen, Perhatikan 5 Ketentuan Ini
- Bangkit Pulihkan Negeri untuk Indonesia Maju
- Masukan untuk Mas Nadiem dari UMJ dan Komisi X DPR
- Pengamat: Guru di Indonesia Antikritik, Maunya Gaji Besar, Kualitas Rendah
- Tiga UU Pendidikan Dinilai Sudah Ketinggalan Zaman
- Papua dan Papua Barat Kekurangan 700 Dosen PTS