Gading Seno

Oleh Dahlan Iskan

Gading Seno
Dahlan Iskan di ruang perawatan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Surabaya. Foto: disway.id

Ayah Poncowolo yang pendiam itu gemuruh hatinya. Sampai menjelma jadi raksasa sebesar tujuh gunung jadi satu.

Poncowolo sendiri hancur hatinya. Ia curhat ke Petruk, abdinya. Petruk cuek bebek.

"Yang penting bukan Pergiwati yang memutus cinta," ujar Petruk. "Begini saja. Curi saja pengantin wanitanya. Bawa lari," nasihat Petruk.

Petruk lantas meyakinkan Poncowolo. "Itu, Bethara Krisna yang titisan Dewa Wishnu, dulu juga kawin lari," ujar Petruk.

Saat bicara begitu Krisna diam-diam ada di belakangnya. Petruk tidak menyadari kehadiran Krisna. Petruk terus nyerocos.

"Krisna itu kan istrinya tiga. Tiga-tiganya hasil curian," ujar Petruk. "Ayo, saya bantu mencuri Pergiwati," tambahnya.

Ia pun membalik badan, mau berangkat ke desa Madukara, tempat Arjuna memingit Pergiwati.

Dari lakon ini saya baru tahu kisah pertama Antasena bertemu ayahnya, Bimasena. Antasena adalah anak Bimasena dari istri yang anak Dewa ular. Karena itu kulit Antasena bersisik.

Semua pertunjukan mati di zaman Covid ini, tetapi Seno justru berjaya. Mungkin ia hanya kalah dengan satu dalang: dalang kerusuhan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News