Gading Seno

Oleh Dahlan Iskan

Gading Seno
Dahlan Iskan di ruang perawatan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Surabaya. Foto: disway.id

Ketika Covid datang, Seno sepi. "Semua order batal," ujar Gunawan Widagdo, admin Seno Nugroho.

Itu hanya sebulan. Seno lantas berpikir untuk tetap eksis. Seniman tidak bisa berhenti berkreasi. Seperti juga Kirun.

Seno juga memikirkan tim-nya yang begitu besar. Yang semuanya menganggur. Maka ia mengajak tim untuk show di rumahnya saja. Disiarkan secara streaming.

Rumahnya yang di dekat kali itu ada pendapanya. Di situlah gamelan disusun. Layar-kelir dibentang. Bolo Seno –fans club Seno– diberi tahu. Kalau kangen nonton wayang bisa lihat di aplikasi.

"Begitu diumumkan, order untuk show masuk terus. Antre," ujar Gunawan.

Sampai pun Seno kelelahan. Lima bulan penuh kebanjiran order. Sampai ia meninggal dunia.

Seno adalah dalang turunan. Ayahnya dalang kondang di Jogja: Dalang Suparman. Kakeknya juga dalang. Buyutnya pun dalang.

Dan anak Seno, Gading, 13 tahun, pelajar SMP, sangat berbakat mendalang.

Semua pertunjukan mati di zaman Covid ini, tetapi Seno justru berjaya. Mungkin ia hanya kalah dengan satu dalang: dalang kerusuhan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News