Gadis Kecil Penggagas Hari Ibu itu Menolak Menyembah Raja Jawa
Atas usulan Soejatin, Jong Java ikut serta dengan mengambil tema Raden Ajeng Kartini. Dan benar saja, di hari H, rombogan Jong Java mendapat applaus.
"Sambutan masyarakat di jalan-jalan kepada kami sangat besar dan kebetulan saya sendiri yang berperan sebagai Raden Ajeng Kartini," kenangnya.
Dan rupanya, mereka menang. Soejatin didaulat naik panggung menerima hadiah dari Sri Sultan Hamengkubowono VIII di Societeit Yogya.
Batin Soejatin bergemuruh. Menghadap Raja Jawa, menyembah atau tidak…menyembah atau tidak?
Kalau menyembah, "berarti menipu diri saya sendiri. Bertentangan dengan ciri-ciri saya yang ingin menghapuskan feodalisme yang saya anggap tidak adil dan bertentangan dengan kodrat manusia," gumamnya.
Kalau tidak menyembah, "saya akan mendapat cemoohan dari masyarakat, dianggap tidak tahu sopan santun, tidak tahu adat."
Perasaan itu berkecamuk di dalam gadis berusia 16 tahun. Dan di memutuskan, tidak menyembah Raja Jawa saat menerima hadiah itu.
Disaksikan para pembesar, Sultan menyerahkan hadiah berupa lampu berdiri yang indah sekali.
INILAH kisah Soejatin. Si penggagas Kongres Perempuan Indonesia pertama, yang kemudian dijadikan Hari Ibu, 22 Desember. Wenri Wanhar - Jawa
- Freddie Mercury, Majusi dan Asma Allah di Jagat Rock
- Tak Perlu Sekolah Tinggi, Inilah Kisah Penemu Listrik...
- Benarkah Ekspedisi Pamalayu Penaklukkan Jawa atas Sumatera? Ini Bukti Arkeologisnya...
- Saat Ditemukan, Candi ini Menginspirasi Belanda Membuat Kapal, Eh...Ditenggelamkan Nazi
- Kota Tjandi, Nama Asli Wilayah Candi Muara Takus
- Obituari Ani Yudhoyono