Gadis Lembut Itu Mendadak Jadi Radikal
jpnn.com - GLASGOW - Kelompok militan Negara Islam alias Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS atau ISIL punya banyak cara untuk memikat anggota baru. Ceramah, salah satunya.
Di era internet seperti sekarang, ceramah atau dakwah online menjadi metode paling populer untuk memengaruhi massa.
Melalui dakwah online, Aqsa Mahmood mengenal IS yang ketika itu masih bernama ISIS atau ISIL. Gadis 19 tahun dari keluarga berkecukupan tersebut gemar mendengarkan ceramah dan dakwah lewat jaringan internet.
Ya, bagi seorang muslimah muda seperti Aqsa, ceramah dan dakwah online menjadi alternatif paling aman dan paling murah untuk menyimak ajaran Islam.
Tanpa perlu keluar kamar atau meninggalkan rumah, Aqsa bisa mendengarkan dakwah agama. Tapi, fenomena tersebut malah menjadi bumerang. Sebab, aktivitas Aqsa di depan layar laptop tidak terpantau oleh siapa pun.
Dakwah-dakwah ekstrem yang hampir setiap hari dia dengarkan lambat laun mengubah dia menjadi muslimah radikal. Pandangan Aqsa terhadap dunia pun berubah.
"Tidak ada yang bisa mereka (orang tua Aqsa) lakukan lagi. Aqsa sudah berubah menjadi radikal tanpa pernah meninggalkan kamar tidurnya," kata Aamer Anwar, pengacara keluarga Aqsa, dalam keterangannya kepada CNN Jumat (5/9).
Jika fenomena seperti itu bisa terjadi pada Aqsa yang berlatar belakang pendidikan dan ekonomi bagus, fenomena yang sama bisa terjadi pada siapa pun.
"Aqsa punya segalanya. Pendidikan yang bagus, keluarga yang moderat dan liberal, dan semua fasilitas yang mendukungnya menjadi perempuan terpandang. Tapi, dia pun tak luput dari jerat IS," terang Anwar.
Memang, IS tidak pernah pandang bulu. Organisasi radikal yang lahir dari jaringan Al Qaeda tersebut merangkul siapa pun yang mau berikrar setia kepada mereka.
Pengaruh IS yang tertanam kuat pada benak Aqsa telah mengubah gadis cantik itu hingga kehilangan kelembutannya. Bahkan, mendadak dia menjadi pemberani. Sulung di antara empat bersaudara tersebut tidak lagi takut gelap atau takut terbang.
Buktinya, tanpa seorang pendamping pun, dia terbang dari Glasgow menuju Syria pada November. "Ada yang berbeda saat dia mengatakan khuda hafiz (selamat tinggal, Red) hari itu," kata Khalida, ibu Aqsa.
Empat hari kemudian dia menelepon rumah keluarganya untuk mengabarkan bahwa dia telah mendarat di Syria melalui Turki.
"Saat saya bertanya kapan dia akan pulang, dia malah berkata bahwa dia akan bertemu kami lagi pada hari hisab. Dia juga mengaku ingin menjadi martir," ungkap Muzaffar, ayah Aqsa. Tak lama kemudian Aqsa mengabarkan rencananya untuk menikah dengan anggota IS.
"Saya tidak tahu sejak kapan dia berubah menjadi pemberani seperti ini," sesal Khalida. Melalui rekaman video, dia meminta Aqsa segera pulang ke pelukan keluarganya.
GLASGOW - Kelompok militan Negara Islam alias Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS atau ISIL punya banyak cara untuk memikat anggota
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan