Gagal Bunuh Diri dan Terusir dari Rumah

Gagal Bunuh Diri dan Terusir dari Rumah
Gagal Bunuh Diri dan Terusir dari Rumah
Satu saat, dia dan suami berpisah. Ditinggal sang suami, Lulu tetap harus melanjutkan hidup. Untuk itu, dia mencoba mencari kerja. Kabar gembira datang. Seorang tetangga satu rombongan transmigrasinya menawari pekerjaan. Lulu ditawari kerja sebagai seorang pramusaji di sebuah warung makan. Memberanikan diri, Lulu pun berangkat ke Ibu Kota, Merauke.

Perjalanan ditempuh menggunakan bus. Lulu mesti merogoh kocek Rp 250 ribu untuk sampai ke tempat yang diberitahu tetangganya tersebut. Namun alangkah terkejutnya Lulu, tempat tersebut bukan warung sebenarnya. Melainkan, warung untuk lelaki hidung belang. Apa mau dikata, kaki sudah melangkah.

“Sejak kecil saya tak pernah berpikir sekalipun menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial). Saat itu uang saya di kantong tinggal Rp 5 ribu. Saya tak tahu harus bagaimana lagi. Kepalang basah, saya ‘mandi’ sekalian,” ucapnya dengan mata menerawang.

Lulu resmi terjun di lembah maksiat pada 1996. Lakon hidup dirasa pahit. Uang hasil melayani pria hidung belang dikirim buat anaknya di kampung halaman. Ya, Lulu memang sudah memiliki anak yang masih balita. Namun anak itu bukan dari rahimnya.

“Lebih baik Mama kehilangan satu anak yang terkena HIV/AIDS,” ucapan ibunya itu terus dikenang oleh Lulu. M RIDHUAN – Samarinda

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News