Gagal Bunuh Diri dan Terusir dari Rumah

Gagal Bunuh Diri dan Terusir dari Rumah
Gagal Bunuh Diri dan Terusir dari Rumah
Kisah lain, saat Lulu dan suaminya sedang menjalani bulan madu mereka di Jogjakarta. Suatu malam, Lulu mendengar suara tangis seorang bayi. Lulu pun mengadukan apa yang didengarnya itu kepada suami. Namun suaminya mengaku tak mendengar apa yang disangka bayi itu.

“Kami sedang di Pantai Parangtritis saat itu. Saya berkeras mendengar suara bayi, meski suami meragukannya. Kami memutuskan untuk mencari asal suara tersebut. Akhirnya di sebuah semak, kami menemukan bayi. Terbungkus di dalam sebuah kardus mi,” papar Lulu. Mereka lantas memutuskan untuk mengadopsi bayi tersebut.

Setahun berlalu sejak Lulu hidup di lokalisasi. Di 1997, dia mulai merasakan sakit terus menerus. Sakit yang dia kira sebagai demam dan diare biasa. Saat itu Lulu masih mempercayakan kesembuhannya pada obat yang dia beli di warung dekat mess tempat tinggalnya.

 

Namun, kondisi tubuhnya makin lama makin memburuk dan bertambah kurus. Akhirnya dia bersama dua kawannya dibawa ke salah satu rumah sakit di Merauke. Mereka menjalani pemeriksaan untuk menguji positif HIV/AIDS atau tidak. Hasil pemeriksaannya membawanya pada kenyataan pahit. Dia divonis terkena HIV.

“Lebih baik Mama kehilangan satu anak yang terkena HIV/AIDS,” ucapan ibunya itu terus dikenang oleh Lulu. M RIDHUAN – Samarinda

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News