Gagal Masuk Sekolah Bola karena Bapak Meninggal

Gagal Masuk Sekolah Bola karena Bapak Meninggal
Hendri Mulyadi, di rumahnya di Cikarang, Jawa Barat. Foto: Zulham Mubarak/Jawa Pos.
Hendri lahir dan besar di Cikarang. Setelah lulus dari SMAN 1 Cikarang Selatan, Hendri memilih mendalami ilmu agama di pesantren. Di waktu senggang, dia hobi bermain bola dan membaca berita tentang sepakbola. Di sela wawancara dengan Jawa Pos sendiri, tak jarang Hendri mencuplik pengetahuannya tentang sepakbola yang memang cukup mumpuni.

Hendri jatuh cinta dengan sepakbola sejak usia 7 tahun. Dia adalah seorang Internisti alias pencinta klub Inter Milan. Poster sejumlah pemain Inter Milan pun memenuhi dinding dan langit-langit kamar bercat biru tersebut. "Saya paling senang sama Javier Zanetti," katanya pula.

Aksi nekad Hendri memang terbilang istimewa, karena fotonya ketika menggiring bola di lapangan hijau dipajang sebagai foto headline di harian sepakbola internasional terbitan Spanyol, Marca. Sejumlah channel televisi internasional seperti ESPN dan CNN juga memuat berita Hendri. Namun, ketenaran singkat itu tak membuatnya bangga. Dia dengan tulus mengatakan, aksi itu adalah ekspresi kekecewaan semata, tanpa bertujuan mencari sensasi, apalagi meraih simpati.

Dengan alasan itu, Hendri mulai membatasi diri bertemu wartawan, terutama untuk tidak melakukan wawancara live di stasiun televisi. Bahkan, tiga hari terakhir Hendri sempat mematikan telepon genggamnya. Namun, katanya pula, wartawan stasiun televisi swasta sering tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya. Mau tak mau, dia pun lantas mengiyakan untuk dibawa ke Jakarta.

Nama Hendri Mulyadi sempat terkenal. Itu terjadi setelah dia nekad menerobos masuk ke tengah lapangan Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Rabu (6/1)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News