Gagal Paham Etika Politik, Kader Kutu Loncat Dinilai Hanya Mengejar Kekuasaan
Ali menilai sangat tidak etis seorang kader parpol yang duduk di jabatan publik dan menyatakan pindah ke partai lain, sementara selama proses kepindahan tersebut dia masih menerima fasilitas publik, semisal gaji dan tunjangan.
Fenomena pindah partai belakangan menjadi sorotan setelah Sandiaga Uno mengundurkan diri dari Partai Gerindra dan diduga akan bergabung dengan PPP.
Di Jawa Barat sejumlah kader Partai Demokrat dikabarkan pindah ke Partai Nasdem.
Di Banten ada anggota DPRD kabupaten yang tiba-tiba mengundurkan diri karena akan memcalonkan diri melaui Partai Nasdem.
"Fenomena loncat partai ini menandakan lemahnya identitas kepartaian di kalangan para politisi. Parpol hanya dianggap sebatas kendaraan untuk mengantarkan mereka ke jabatan politik. Kader kutu loncat itu orientasinya jelas hanya mengejar kekuasaan. Mereka tidak punya ikatan emosional apalagi ikatan ideologis dengan partainya,” seru Ali.(chi/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Fenomena kader loncat partai ini menandakan lemahnya identitas kepartaian di kalangan para politisi.
Redaktur & Reporter : Yessy Artada
- MK Hapus Presidential Threshold, Gibran Berpeluang Melawan Prabowo di 2029
- Agus Widjajanto Sebut Ada Dorongan agar Mbak Tutut Kembali Bergabung ke Partai Golkar
- Sukses Pemilu dan Pilkada: Apresiasi Model Keamanan Politik Berkelanjutan di 2025
- Konfigurasi Politik Nasional Dinilai Tak Mendukung Sikap Polisi untuk Humanis
- MPR RI Berperan Penting jaga Stabilitas Demokrasi di Indonesia
- PPP Terbuka Menerima Jokowi Bergabung, Tetapi Harus Sesuai Aturan