Gaikindo Beberkan Biaya Produksi Mobil Listrik
jpnn.com, JAKARTA - Mencermati tren kendaraan listrik masa depan, pemerintah berharap Indonesia tidak menjadi pengguna atau importir saja tapi bisa membangun industri di dalam negeri.
Dengan demikian, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menargetkan pada tahun 2025, 20 persen dari kendaraan yang diproduksi di Indonesia adalah low carbon emission vehicle (LCEV) termasuk kendaraan listrik.
Menanggapi hal tersebut, pihak Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sendiri mendukung langkah pemerintah membangun industri di dalam negeri.
Menurut Ketua Umum Gaikindo Yohanes Nangoi, mereka juga berharap Indonesia dapat memproduksi mobil listrik secara mandiri dan tidak mengimpor. Karena itu dapat mematikan industri dalam negeri yang tengah berkembang.
Hanya saja Nangoi mengingatkan, membangun industri kendaraan listrik tidak lah murah dan mudah. Misalnya biaya produksinya saja cukup memakan dana sangat besar.
Nangoi mengambil contoh kepada General Motors (GM) ketika melakukan penelitian mobil listrik, pabrikan Amerika Serikat ini harus mengeluarkan biaya hingga Rp 60-80 triliun.
“GM itu investasinya mencapai Rp 60-80 triliun dan bekerjasama dengan LG (Korea Selatan) untuk memproduksi mobil listrik dan baterai serta manajemen baterainya. Toyota juga bekerjasama dengan Suzuki, lalu BMW dengan Samsung,” terang Nangoi di Jakarta, Selasa (22/5).
Untuk riset mobil listrik saja lanjut Nangoi, bisa menghabiskan dana hingga Rp 4,5 triliun.
Mendukung target pemerintah mengakselarasi pengembangan industri kendaraan listrik, Gaikindo beberkan biaya produksi mobil listrik.
- PPN Naik jadi 12 Persen, Gaikindo: Tidak Perlu Dikhawatirkan
- Pasar Mobil Listrik Premium Diprediksi Akan Lesu Pada 2025
- Hyundai Creta Listrik Bakal Melantai Bulan Ini, Desainnya Lebih Keren
- Wuling Zhiguang EV Menawarkan Aksesibilitas Lewat Pintu Geser
- CATL Merilis 2 Jenis Baterai EV, Jarak Tempuhnya 600 Km
- Analis Memproyeksikan Penjualan Mobil Listrik Naik 30 Persen Pada 2025