Gaji Besar, Penampilan Klimis dan Trendi
Jumat, 28 Mei 2010 – 10:41 WIB
"Aku bilang dalam hati, oke saya nggak pintar ngomong bahasa Inggris, tapi aku yang jadi juragan mereka. Mereka kalau mau ngerjakan Matematika pasti larinya ke saya," kata George lantas tertawa lepas.
Tahun ketiga adalah tahun yang paling enak bagi George. Dia sudah punya banyak teman. Bahkan, tiap dua bulan sekali, anak-anak kampus rame-rame menyewa mobil untuk jalan-jalan ke pantai Miami. Jarak Miami dan asrama mahasiswa George memang tak terlalu jauh. "Cukup tiga jam perjalanan darat," katanya.
George lulus pada akhir 2009. Kini dia bekerja di perusahaan internasional yang bergerak di bidang migas sembari bantu-bantu di lembaga yang memberinya beasiswa, Freedom Institute. "Tiga minggu ini aku di Jakarta. Nanti ke laut lagi," katanya.
Kok tidak di perusahaan pesawat terbang" George sebenarnya sangat berharap bekerja di industri pesawat terbang. Namun, peluangnya baru di perusahaan migas asal Inggris tersebut. Dia di bagian rotating engineering, yakni memproses gas alam agar bisa dieksplorasi. Gas alam itu dibekukan dengan propane agar menjadi cair. "Teknologinya hampir sama seperti teknologi pemrosesan bahan bakar pesawat terbang," katanya.
Nama Septinus George Saa meroket pada 2004. Saat usianya 18 tahun, dia menyabet penghargaan Firts Step to Nobel Prize in Physics 2004. Penghargaan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408