Gamelan Membuktikan Jika Teori Phytagoras Soal Musik yang Harmonis Bisa Jadi Salah

Gamelan Membuktikan Jika Teori Phytagoras Soal Musik yang Harmonis Bisa Jadi Salah
Do-re-mi dari The Sound Of Music menunjukkan tangga nada diatonis yang mendasari pendidikan musik Barat. (Michael Ochs Archives/Getty Images)

Phytagoras, seorang ahli matematika dari Yunani, bukan cuma terkenal dengan teorinya soal segi tiga. Ia juga memiliki sejumlah teori soal musik, salah satunya yang mengatakan musik adalah bahasa universal. 

Selama berabad-abad para musisi Barat menganggap akor konsonan terdengar lebih harmoni dan menyenangkan, sedangkan akor disonan biasanya lebih memberikan kesan perasaan tegang, terdengar kasar dan tidak menyenangkan. Akor adalah kombinasi interval nada. Jika intervalnya stabil atau nyaris maka disebut konsonan, sementara disonan adalah akor yang menggunakan interval nada yang terlalu berbeda atau tidak sesuai.

Saat dunia barat menganggap musik yang harmoni tergantung dari akor-nya, sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan Nature menyebutkan keselarasan nada lebih ditentukan oleh pendengarnya.

Penelitian ini menguji lima studi perilaku dengan skala yang besar, melibatkan 235.440 warga Amerika dan Korea Selatan.

Hasilnya menunjukkan persepsi kita terhadap musik yang indah lebih ditentukan budaya tempat kita tumbuh, dan bisa berubah seiring saat kita menikmati jenis musik baru.

Apa kata Pythagoras soal musik?

Selain teorinya terkait segi tiga, Pythagoras berteori jika keselarasan dalam musik juga ada kaitannya dengan perhitungan.

Akor musik yang dijelaskan di atas disebutnya punya kaitan dengan rasio matematika tertentu yang membuat enak didengar.

"Setiap nada yang kamu dengar merupakan hasil getaran," jelas Profesor Emery Schubert, peneliti musik di Universitas New South Wales.

Penelitian baru menunjukkan budaya ikut menentukan seperti apa musik yang enak didengar

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News