Gamelan Membuktikan Jika Teori Phytagoras Soal Musik yang Harmonis Bisa Jadi Salah

Gamelan Membuktikan Jika Teori Phytagoras Soal Musik yang Harmonis Bisa Jadi Salah
Do-re-mi dari The Sound Of Music menunjukkan tangga nada diatonis yang mendasari pendidikan musik Barat. (Michael Ochs Archives/Getty Images)

Para peneliti menggunakan alat musik gamelan sebagai studi kasus, karena memiliki aturan yang sangat berbeda dengan unsur-unsur musik barat,

Bagaimana gamelan menantang pemikiran Pythagoras

Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menguji asumsi kalau pemikiran Pythagoras soal musik harmonis dapat diterapkan pada instrumen apa pun, terlepas dari budaya atau geografi.

Penelitian menemukan perhitungan rapi Pythagoras malah jadi berantakan jika menggunakan musik dari budaya non-Barat seperti gamelan Jawa.

"Slendro dan pelog tidak cocok dengan tangga nada diatonik Barat," kata Vi King Lim, pemimpin Langen Suka, kelompok gamelan yang berbasis di Sydney.

Vi menggambarkan slendro sebagai "lima nada dalam satu oktaf yang jaraknya sama" atau atau yang dikenal dengan tangga nada pentatonik.

Berbeda dengan penyeteman standar yang banyak diketahui orang Australia, penyeteman gamelan Jawa "sangat fleksibel antar setnya, bergantung pada pembuatnya," seperti dijelaskan Lim.

Vi menunjukkan contoh lain. Salah satunya adalah bagaimana kebanyakan orang merasa tertekan untuk menyanyi atau bermain alat musik dengan selaras, karena ini dianggap penting bagi mereka yang tumbuh dengan tradisi musik barat.

Tapi di Jawa, orang-orang "bisa menyanyikan [lagu apa pun] yang bernada diatonik, diiringi gamelan dengan nada yang berbeda dan mereka bisa menoleransi ketidakcocokan nada tersebut," kata Vi.

Penelitian baru menunjukkan budaya ikut menentukan seperti apa musik yang enak didengar

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News