Gandeng Dokter dan Rumah Sakit untuk Gratiskan Operasi
Kamis, 09 Desember 2010 – 08:08 WIB
Sebelum membantu Aris, sebenarnya Anne sudah menjadi relawan di RS St Elisabeth selama dua tahun. Dia menyatakan terinspirasi ibunya, Amie Indriati, yang berhasil sembuh dari kanker serviks stadium 3B. "Saya merasa Tuhan itu menolong saya terus. Jadi, sebelum menemukan panggilan, saya mau balas-balasan. Kok Tuhan baik, saya mau balas Dia," katanya lantas tersenyum.
Kabar mengenai bantuan Anne Avantie kepada Aris Mansori tersebut, tampaknya, sampai kepada Bekti Wisnutomo dan Peni Respati. Pasangan itu kebetulan juga memiliki anak penderita hydrocephalus bernama Bayu Respati. Dari keluarga Respati, Anne mendapat saran untuk mendirikan semacam tempat pertemuan atau rumah singgah bagi para penderita hydrocephalus.
Tapi, usul itu tak langsung direspons. Sebab, saat menolong Aris, sudah banyak suara miring yang mengkaitkan tindakan Anne itu dengan popularitas. "Saya tidak siap memproklamasikan diri. Saya Anne. Saya relawan rumah sakit. Saya bekerja untuk penderita hydrocephalus. Itu saya tidak siap," kenangnya.
Karena itu, Anne hanya terus memberikan bantuan melalui Pelayanan Kasih Hydrocephalus yang bekerja sama dengan RS St Elisabeth. Baru tiga tahun kemudian atau pada 2003, Anne memperoleh keberanian untuk membuat terobosan besar dengan mendirikan sebuah rumah singgah "yang saat itu masih bernama Wisma Kasih Hydrocephalus. "Prosesnya tidak mudah, sampai akhirnya saya bisa mengangkat jari, ya saya," ujar Anne yang hanya berpendidikan SMA dan menjadi desainer secara otodidak itu.
Menjadi desainer ternama, bagi Anne Avantie, masih belum lengkap jika tak disertai rasa peduli terhadap mereka yang menderita. Atas dasar itulah,
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408