Gandeng Ormas Islam Bendung Ideologi ISIS
jpnn.com - JAKARTA - Mantan Wakil Kepala BIN As'ad Said Ali menyarankan, perkembangan ISIS yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia belakangan ini, menuntut penanganan yang lebih komprehensif.
Pendekatan keamanan, menurut dia, tidak cukup untuk membendung gerakan kelompok radikal tersebut.
Dia menyarankan, pemerintah perlu menggandeng organisasi-organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam seperti NU dan Muhammadiyah, untuk membentengi dari sisi ideologi.
Mereka perlu diajak untuk bersama-sama memoderasi pandangan-pandangan di tengah masyarakat yang terlanjur ekstrim.
"Itu langkah bijak, jadi bukan aparat keamanan saja," kata As"ad dalam keterangannya, di Jakarta, kemarin.
Dia menunjuk kalau ada beberapa hal yang berkembang di sejumlah kelompok masyarakat dan perlu terus-menerus diluruskan. Diantaranya menyangkut isu khilafah islamiyah.
"ISIS seperti halnya kelompok radikal Al Qaeda menganggap, kalau model tersebut adalah satu-satunya sistem politik di Islam. Sistem lain dianggap kafir, ini yang perlu diluruskan," tandas wakil ketua umum PB NU tersebut.
Hal yang sama, lanjut As'ad, juga menyangkut isu jihad dan pengkafiran. Dua isu tersebut selama ini juga telah banyak melenceng di sebagian masyarakat.
"Di sinilah perlunya pelibatan ormas-ormas Islam, setidaknya untuk membentengi lingkungan internal masing-masing dari perembesan radikalisme," imbuhnya. (wan/bil/dyn)
JAKARTA - Mantan Wakil Kepala BIN As'ad Said Ali menyarankan, perkembangan ISIS yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia belakangan ini, menuntut
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- 5 Berita Terpopuler: Kepala BKN Angkat Bicara, Info Penting untuk Honorer Databased Muncul, Sudah Pasti Tak Ada PHK?
- Jasad Pria Berkaus Loreng TNI Ditemukan di Pantai Minajaya, Begini Kondisinya
- Zarof Ricar, Ibu Tiri, Uang Pergaulan, dan Eks Ketua PN Surabaya
- Kapolda Sulsel Cek Kondisi 2 Bocah yang Dianiaya Orang Tua di Makassar
- Polri Buka Pendaftaran Akpol, Bintara, dan Tamtama hingga 6 Maret 2025
- BI Bakal Kucurkan Likuiditas Senilai Rp 80 Triliun Demi Program 3 Juta Rumah