Gang Besar
Oleh: Dahlan Iskan
Ini memang kunjungan spontan. Yang penting saya tahu sendiri rumah di jalan kampung itu. Saya bisa tahu bahwa rumah Ahong memang sesuai dengan yang digambarkan wartawan Sumeks yang diberikan ke saya waktu menulis sumbangan 2T itu.
Ternyata akurat: rumahnya ya seperti itu. Hanya sedikit lebih bagus dari yang saya bayangkan.
Mengapa sejak awal saya meragukan sumbangan 2T itu?
Saya tahu tradisi Tionghoa: urusan warisan bukan ditentukan oleh anak wanita seperti Ahong, apalagi Akidi Tio punya anak sulung laki-laki (Lao Da, baca: Lao Ta). Semestinya, lao da itulah yang lebih tahu soal waris.
Si Lao Da tinggal di Jakarta. Ia punya putri yang ngetop: mejeng di dalam pesawat pribadi dengan jam tangan RM jenis yang sangat mahal. Foto itu pernah viral di medsos.
Akan tetapi ya sudah. Saya tidak tahu seberapa baik hubungan antara Lao Da dan si Ahong. Atau seberapa buruk.
Saya tinggalkan rumah Ahong.
Tinggal satu lagi yang masih bisa dikunjungi di hari Imlek seperti malam itu: Kelenteng. Saya pilih yang terdekat: Kelenteng marga Chu.