Gang Besar
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Oleh karena itu, penelitian tentang kedatangan Tionghoa ke Nusantara tentu tidak bisa mengabaikan Palembang. Apalagi setelah saya membaca novel karya Remy Sylado tentang Chenghe: armada Chenghe justru paling lama berlabuh di Ju Gang.
Siang hari awak armada itu berdagang. Malam hari, sebagian berkesenian. Sebagian lagi melakukan operasi militer: menangkap ''penjahat-penjahat politik'' yang lari ke Ju Gang.
Para penjahat politik itu adalah mereka yang beroposisi kepada kaisar. Mereka kalah, lalu lari ke selatan: ke Vietnam, ke Nusantara, terutama ke pelabuhan besar di sungai Musi yang tersembunyi itu.
Remy Sylado tentu belum diakui sebagai peneliti. Ia adalah seniman terkemuka. Terutama di seni musik dan teater.
Namun, dia bertahun-tahun tenggelam di perpustakaan Belanda: soal asal usul orang Manado dan soal misi armada Chenghe. Menurut Remy, di balik misi dagang dan budaya Chenghe ternyata ada misi menangkap oposisi sampai di mana pun.
Karena itu dalam novel Remy Sylado digambarkan ini: bagian bawah salah satu kapal di armada besar itu ada penjaranya. Mereka yang ditangkap selama ekspedisi dimasukkan penjara di bagian bawah kapal itu.
Saya pun keliling kelenteng marga Chu. Di halaman depan masih terlihat tenda besar. Pertanda yang sembahyang Imlek tadi malam sangat banyak.
Di halaman baratnya ada "Rumah Nama". Di situlah nama-nama orang marga Chu ditulis di atas lempengan-lempengan marmer. Nama-nama itu adalah nama kakek-nenek mereka di zaman dulu. Juga nama-nama marga Chu zaman sekarang.
Saya juga ke rumah Ahong. Yakni putri Akidi Tio, yang menjanjikan menyumbang Rp 2 T ke Kapolda Sumsel –dari warisan orang tuanyi.
- Korban Kedua Perahu Getek Tenggelam di Perairan Sungai Musi Ditemukan Meninggal Dunia
- Tarif Tarifan
- Oknum Polisi Penganiaya Mantan Pacar di Palembang Dinyatakan Positif Narkoba
- Cermin Sikka
- Satu Korban Perahu Getek Terbalik di Sungai Musi Ditemukan, 1 Lagi Masih Dicari
- Belum Sempat Jual Motor Hasil Curian, Pria di Palembang Keburu Ditangkap