Gangga Risma

Oleh Dahlan Iskan

Gangga Risma
Foto: disway.id

Dari pinggir jalan itu saya memasuki gang yang sempit. Sejauh kira-kira 300 meter.

Gang itu berliku. Di jepitan kampung besar yang padat. Sepanjang pinggiran Gangga --di Kota Varanasi ini-- dipenuhi kampung miskin.

Padat. Ruwet. Kotor. Kumuh.

Alunan dari pengeras suara tadi terdengar kian banyak. Pun sampai di kampung padat ini. Itulah suara orang membaca kitab suci di kuil-kuil Hindu.

Ups, ada satu suara yang saya kenal --suara azan Subuh. Dari sebuah masjid Islam di kejauhan.

Berarti saya tadi salat subuh sebelum waktunya. Atau azan itu yang agak telat.

Islam masuk ke Varanasi di zaman Kekaisaran Mughal. Bahkan Uttar Pradesh pernah menjadi pusat Islam zaman itu.

Di sepagi itu sudah banyak orang menembus gang. Menuju tepian Gangga.

Hanoman ternyata dewa yang terfavorit di kalangan laki-laki. Dalam perjalanan menuju Kuil Hanoman ini pikiran saya melayang ke Surabaya: mengapa Varanasi tidak mengangkat Bu Risma sebagai wali kotanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News