Gangguan Kecemasan, Insomnia, Hingga Trauma Dialami Penyintas COVID dan Anak Muda Indonesia Saat Pandemi

Gangguan Kecemasan, Insomnia, Hingga Trauma Dialami Penyintas COVID dan Anak Muda Indonesia Saat Pandemi
Omar Fahd (kanan) bersama kakaknya (tengah) yang meninggal dua minggu setelah terpapar COVID-19. (Supplied)

Diberitakan Kompas, pada 9 Juli lalu, seorang pria di Bekasi, Jawa Barat ditemukan meninggal dunia di rumahnya saat melakukan isolasi mandiri dengan dugaan bunuh diri.

Jumat lalu (06/08) pasien RS Murni Teguh di Medan Timur juga "melakukan upaya merusak kunci jendela dan mengeluarkan sebagian badannya keluar dan terkesan ingin menjatuhkan dirinya ke bawah", menurut keterangan rumah sakit tersebut.

Hasil survei oleh Penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDKSJI) tahun 2020 menunjukkan dari 4.010 responden, kelompok usia 18-29 tahun adalah yang memiliki "pikiran kematian terbanyak" akibat pandemi.

Beban berat tambahan bagi anak muda

Meski pandemi sudah berlangsung selama lebih dari setahun, baru dalam sebulan terakhir Niken Mawar merasakan dampak pada psikologisnya.

"Jadwal tidur saya jadi berantakan ... saya suka tiba-tiba nangis pas dua minggu pertama [PPKM] dan itu tidak cuma terjadi malam, kadang lagi nonton atau bengong tiba-tiba nangis," ujar Niken yang berusia 24 tahun.

Niken berharap untuk mendapatkan pekerjaan di bidang yang sesuai dengan mata kuliahnya yaitu psikologi.

Namun, hingga detik ini, belum ada satu pun kabar dari ratusan lamaran pekerjaan yang dikirimkannya.

"Saya jadi merasa tambah tertekan, gampang overthinking, apalagi mikirin masalah karir, rencana-rencana yang sudah saya bikin jadi berantakan," kata Niken yang sempat berkonsultasi dengan psikolog.

Omar juga mengaku di saat menahan rasa sakit secara fisik, ia juga memendam rasa bersalah telah menularkan COVID-19 di rumahnya.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News