Gangguan Kecemasan, Insomnia, Hingga Trauma Dialami Penyintas COVID dan Anak Muda Indonesia Saat Pandemi

Gangguan Kecemasan, Insomnia, Hingga Trauma Dialami Penyintas COVID dan Anak Muda Indonesia Saat Pandemi
Omar Fahd (kanan) bersama kakaknya (tengah) yang meninggal dua minggu setelah terpapar COVID-19. (Supplied)

"Kehidupan sosialnya juga terhambat, jadi gampang ngerasa kesepian dan harus adaptasi sama pola komunikasi yang baru."

Menurut dr Santi pandemi memahami kondisi seperti yang dialami Niken.

"Ini tuh berat untuk anak muda. Dari mereka yang biasa hangout, punya aktualisasi diri di luar, dan kemudian mereka harus menghentikan segalanya dan harus tinggal di dalam rumah," katanya.

Belum lagi bagi anak muda yang kehilangan jam kerja atau pekerjaannya yang membuat stabilitas perekonomiannya terganggu.

"Ini stressor sendiri, karena anak-anak muda ini lagi memulai hidup, bayar cicilan, kemudian harus nabung, menyisakan sebagian uang untuk rekreasi ... dan ini tidak terjadi, tidak bisa dilakukan, karena pekerjaan mereka jamnya dikurangi," kata dr Santi.

Mengalihkan kepada kebaikan

Pengalaman isolasi mandiri saat menderita COVID-19 meninggalkan trauma bagi Omar bahkan hingga saat ini.

"Ketika saya misalnya ada gejala demam sedikit, saya sudah ketakutan," kata Omar.

Setelah 21 hari berjuang melawan COVID-19, ia sembuh berkat dukungan dari kerabat jauhnya yang mengirimkan bantuan tabung oksigen maupun makanan. 

Omar juga mengaku di saat menahan rasa sakit secara fisik, ia juga memendam rasa bersalah telah menularkan COVID-19 di rumahnya.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News