Ganja Sintetis Diujicobakan Sebagai Obat Epilepsi Anak di Australia
Anak-anak di negara bagian Victoria, Australia, yang hidup dengan epilepsi parah akan ambil bagian dalam percobaan klinis internasional yang menguji manfaat obat ganja sintetis.
Sepuluh anak, awalnya, akan terlibat dalam percobaan yang dilakukan ‘Austin Health’, yang akan fokus pada mencari dosis tepat dari obat yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan farmasi Amerika.
Profesor dari ‘Austin Health’, Ingrid Scheffer, mengatakan, ada laporan anekdotal tentang ganja obat yang disebut meringankan penderitaan anak-anak dengan epilepsi, tapi para dokter tak tahu seberapa efektif obat itu.
"Apa yang kami butuhkan adalah jawaban yang pasti. Saya berharap ini bekerja dan saya berharap ini akan membantu banyak anak yang saya rawat karena epilepsi parah," ujarnya.
Di dalam percobaan ini, beberapa pasien akan menerima ‘cannabidiol’ sintetis, yang berbentuk cair, dan pil.
Setelah tiga bulan, semua partisipan akan diberi obat tersebut dan datanya dianalisis untuk melihat apakah obat itu membuat perbedaan.
Profesor Ingrid mengatakan, penggunaan bentuk sintetis dari obat artinya para peneliti bisa yakin tentang apa yang dikonsumsi pasien mereka.
"Ini akan menjadi sangat murni, kita akan tahu apa yang akan mereka dapatkan dan kita akan tahu jika obat itu bekerja atau tidak dan itulah jawaban yang kita inginkan – Apakah obat ini benar-benar membantu?," sebutnya.
Anak-anak di negara bagian Victoria, Australia, yang hidup dengan epilepsi parah akan ambil bagian dalam percobaan klinis internasional yang menguji
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat