Ganjar: Pancasila Selalu Digoyang, Negara Harus Tegas
jpnn.com, SEMARANG - Pada momentum hari Kesaktian Pancasila, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyampaikan sudah saatnya mengisi media sosial dengan narasi positif nilai-nilai Pancasila agar masyarakat mendapatkan inspirasi untuk berbuat baik.
"Isu gotong royong, tolong menolong, menghormati perbedaan alias toleransi dan lainnya. Yang begini-begini ini harus memenuhi semua media, termasuk media sosial," tegasnya usai mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila secara virtual di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kamis (1/10).
Dia juga meminta negara menindak terhadap pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi bangsa itu. Menurut Ganjar, kesaktian Pancasila terus digoyang oleh sekelompok pihak setiap saat.
"Pancasila selalu digoda setiap saat, selalu digoyang setiap saat. Negara harus tegas pada soal itu, tidak boleh ada kompromi," kata Ganjar.
Selain upaya menangkal paham yang ingin menyerang Pancasila, pemerintah juga harus terus melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat.
Cara dan metode yang digunakan juga harus memenuhi unsur kebaruan.
"Kalau dulu modelnya penataran, di ruang tertutup dan sifatnya klasikal, maka sekarang mesti dibuat yang lebih menarik. Dengan video, dengan pemanfaatan media sosial dan lainnya," jelasnya.
Tak hanya pemerintah, masyarakat juga diminta tetap menjaga kesaktian Pancasila. Siapapun masyarakat, dari generasi apapun harus terus melakukan sosialisasi dan edukasi tentang Pancasila kepada masyarakat.
Gubernur Ganjar Pranowo mengingatkan semua generasi harus terus melakukan sosialisasi dan edukasi tentang Pancasila kepada masyarakat.
- Refleksi Akhir Tahun, BPIP Komitmen Jaga dan Kuatkan Pembinaan Ideologi Pancasila
- Prabowo Usul Pemilihan Kepala Daerah Kembali ke DPRD, Ganjar: Ojo Kesusu
- Ganjar Bilang Begini soal Kemenangan Pram-Doel di Jakarta
- Pram-Rano Menang di Pilkada Jakarta 2024, Ganjar Pranowo Bilang Begini
- Waket Komisi VIII DPR-LDII Ingatkan Persoalan Kebangsaan Hadapi Tantangan Berat
- Kumpul Bareng Komunitas Tionghoa di PIK, Ridwan Kamil Gaungkan Toleransi