Garam Impor Marak, Petambak Menangis
jpnn.com - CIREBON – Musim kemarau seharusnya menjadi waktu yang tepat bagi petambak garam untuk mendulang untung. Namun, kini para petambak justru menangis. Sebab, garam produksi mereka tak terserap pasar.
Itu terjadi seiring banyaknya garam impor dari Australia dan India yang masuk pabrik-pabrik pengolahan garam. Situasi ini membuat mereka kehilangan sumber pendapatan.
Menurut anggota Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon H Tanung, garam hasil produksi petambak asal Kecamatan Pangenan dan sekitarnya tidak bisa ditampung oleh pelaku industri garam yang ada di sana. Setelah dicek, ternyata mereka sudah membeli garam impor. “Jika hal ini dibiarkan, akan merugikan petambak garam lokal,” tuturnya.
Dia menambahkan, kualitas garam lokal tidak masuk standar produksi karena tidak seputih garam impor. Padahal, pada beberapa lokasi tambak garam sudah menerapkan teknologi geo isolator yang menghasilkan garam berkualitas baik.
Tak hanya dari segi penampilan, tetapi kadar yodium. “Saya pikir itu hanya alasan mereka saja, saya minta peran pemerintah untuk memproteksi petambak garam lokal harus ditingkatkan,” imbuhnya. (jun)
CIREBON – Musim kemarau seharusnya menjadi waktu yang tepat bagi petambak garam untuk mendulang untung. Namun, kini para petambak justru menangis.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- BNI Culture Fest 2024: Transformasi Dalam Membangun Budaya Kerja & Kinerja
- Dampingi Prabowo Bertemu PM Trudeau, Menko Airlangga: Ini Mampu Tingkatkan Perdagangan
- Kemenko Perekonomian Meluncurkan Satgas Jejaring Advokasi Inklusi Keuangan Digital
- Dihadiri 25 Pakar & Praktisi Terkemuka, IKF 2024 Diikuti Lebih dari 1.600 Peserta
- Dukung Indonesia Fintech Summit 2024, Perusahaan Digital Rasakan Literasi Masyarakat Makin Tinggi
- Puluhan Perusahaan Raih BUMN Branding & Marketing Awards 2024