Garam Impor Marak, Petambak Menangis
jpnn.com - CIREBON – Musim kemarau seharusnya menjadi waktu yang tepat bagi petambak garam untuk mendulang untung. Namun, kini para petambak justru menangis. Sebab, garam produksi mereka tak terserap pasar.
Itu terjadi seiring banyaknya garam impor dari Australia dan India yang masuk pabrik-pabrik pengolahan garam. Situasi ini membuat mereka kehilangan sumber pendapatan.
Menurut anggota Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon H Tanung, garam hasil produksi petambak asal Kecamatan Pangenan dan sekitarnya tidak bisa ditampung oleh pelaku industri garam yang ada di sana. Setelah dicek, ternyata mereka sudah membeli garam impor. “Jika hal ini dibiarkan, akan merugikan petambak garam lokal,” tuturnya.
Dia menambahkan, kualitas garam lokal tidak masuk standar produksi karena tidak seputih garam impor. Padahal, pada beberapa lokasi tambak garam sudah menerapkan teknologi geo isolator yang menghasilkan garam berkualitas baik.
Tak hanya dari segi penampilan, tetapi kadar yodium. “Saya pikir itu hanya alasan mereka saja, saya minta peran pemerintah untuk memproteksi petambak garam lokal harus ditingkatkan,” imbuhnya. (jun)
CIREBON – Musim kemarau seharusnya menjadi waktu yang tepat bagi petambak garam untuk mendulang untung. Namun, kini para petambak justru menangis.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Simak, Ini Aturan Baru Pelaksanaan Pembukuan dan Audit di Bidang Kepabeanan dan Cukai
- Pertamina Optimalkan Perlindungan Perempuan & Anak Lewat program TJSL
- PMK Nomor 109/2024 Dorong Efisiensi Proyek Nasional, Berlaku Mulai 23 Januari 2025
- Dukung Hilirisasi, Bea Cukai Ternate Fasilitasi Ekspor Perdana Feronikel dari Pulau Obi
- Pertama di 2025, Bea Cukai Jatim II Terbitkan Izin Fasilitas Kawasan Berikat untuk PT BOFI
- Jalankan Kegiatan Usaha Bulion, Pegadaian Hadirkan Fitur Baru di Pegadaian Digital