Garam Tak Beryodium Masih Beredar di Jateng, Ancam Pertumbuhan Kemampuan Otak Anak

jpnn.com, SEMARANG - Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jawa Tengah (Jateng) masih menemukan banyak garam beryodium yang tidak berstandar di pasaran.
Kepala LP2K Jateng Abdun Mufid mengatakan konsentrasi fortifikasi garam beryodium masih rendah. Bahkan, temuan di lapangan juga ada garam tak beryodium yang beredar tanpa pengawasan.
"Sekarang ini kami mencoba mendukung pemerintah soal garam beryodium, dan penguatan di level industri kecil menengah (IKM) garam," ujarnya, Jumat (28/6).
Mufid menyatakan dukungan itu diwujudkan melalui pelatihan pengujian garam beryodium kepada instansi terkait yaitu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) pada 15 kabupaten/kota di Jateng.
Mereka dibekali pengetahuan dan keterampilan melakukan pengujian garam beryodium melalui alat mini laboratorium. Alat tersebut dapat mengetahui kadar yodium pada garam.
"Garam beryodium SNI wajib minimal 30 PPM, tetapi di lapangan masih di bawah ketentuan dan tidak ada sama sekali kandungannya," ujarnya.
Pihaknya bersama Nutrition Internasional secara berkala memberikan pelatihan tersebut agar dampak kekurangan yodium di masyarakat segera terentaskan.
Ada beberapa dampak kekurangan yodium, di antaranya dapat mengganggu pertumbuhan kemampuan otak, kasus gondok, hingga kretin.
Di Jateng masih banyak temuan garam tak beryodium yang mengancam pertumbuhan otak anak.
- Menjelang Lebaran 2025, Gubernur Jateng Sebut Jalan Provinsi Bebas Lubang
- KAI: Rute Jateng Jadi Favorit Pemudik Lebaran 2025
- Polda Jateng Minta Pemudik Jangan Berlama-lama di Rest Area Tol
- Jateng Siaga Bencana, Polisi Siapkan Jalur Alternatif Mudik Lebaran 2025
- Pilek Tak Kunjung Sembuh, Atasi dengan Mengonsumsi 5 Pengobatan Alami Ini
- Cuaca Buruk Berpotensi Ganggu Penerbangan Saat Mudik Lebaran 2025