Garuda di Dadaku, Malaysia di Perutku
jpnn.com - Masyarakat yang tinggal di Desa Nanga Bayan, Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sudah lama terpinggirkan.
Mereka memang memegang identitas warga negara Indonesia, namun asap dapurnya mengepul karena duit dari orang-orang di negara tetangga, Malaysia, yang didapat dengan cara berdagang.
Achmad Munandar, Nanga Bayan
Rata-rata masyarakat Nanga Bayan mencari nafkah dengan bertani lada. Panen mereka selalu dijual ke negeri jiran. Pun demikian dengan hasil pertanian lainnya.
Hampir rata dijual ke Malaysia. Meskipun, untuk menuju perbatasan Ketungau Hulu-Sarawak harus menempuh medan berbukit yang lumayan jauh.
“Kami berjalan kaki kurang lebih 10 kilometer. Jalan kaki saja kami, kondisi berbukit,” ucap Gito, salah seorang petani lada Desa Nanga Bayan, Kamis (25/5).
Lanjut dia, Rupiah dikenal masyarakat setempat sejak tahun 2000. Sebelum itu, mereka cuma mengenal Ringgit Malaysia.
Kondisi ini memang disebabkan infrastruktur jalan maupun jembatan yang belum terbuka. Koneksi masyarakat Nanga Bayan dengan ibukota Kabupaten Sintang terputus.
Masyarakat yang tinggal di Desa Nanga Bayan, Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sudah lama terpinggirkan.
- Rupiah Makin Ambyar Terdampak Kebijakan Donal Trump
- Kutuk Penembakan PMI di Malaysia, Martri Agoeng PKS Tuntut Pengusutan yang Berkeadilan
- Gerak Cepat, Malaysia & Jepang Berkolaborasi untuk Membangun Kembali Gaza
- Komisi IX DPR RI Soroti Penembakan PMI di Malaysia, Perlu Dilakukan Perbaikan Perlindungan
- PAN Minta Penembakan PMI di Malaysia Diusut Tuntas!
- Prabowo Ingin Indonesia dan Malaysia Sinergikan Negara-Negara Asia Lainnya