Garuda Sriwijaya
Oleh Dahlan Iskan
Sampai di sini kelihatannya Sriwijaya sudah pasrah. Mungkin juga ditekan oleh banyak pihak. Yang sama-sama punya tagihan ke Sriwijaya. Yang nilainya juga ratusan miliar.
Misalnya Pertamina. Konon Sriwijaya punya utang bahan bakar sampai Rp 800 miliar. Padahal Pertamina bukan perusahaan pemula. Meski dirutnya selalu pemula --belakangan ini.
Ke Angkasa Pura juga punya tagihan besar --sewa bandara. Ke Bank BNI juga punya tagihan besar: kredit bank.
Mereka tentu senang kalau manajemen Sriwijaya di tangan Garuda. Ada harapan tagihan itu bisa dibayar - -pelan-pelan.
Garuda pun kelihatan asyik mengelola Sriwijaya. Lewat anak usahanya: Citilink.
Dalam langkah sehari-harinya kemudian terasa: Sriwijaya sudsh seperti menjadi grup Garuda. Sudah seperti anak perusahaan Garuda.
Logo Garuda pun sudah dipasang di Sriwijaya. Mungkin untuk meningkatkan kepercayaan. Agar Sriwijaya kian disenangi. Hasilnya kian banyak. Utangnya kian cepat lunas.
Mulailah ada yang mempersoalkan: KPPU. Pengawas persaingan usaha itu menilai Garuda melanggar. Dianggap melakukan monopoli --menguasai lebih 50 persen pangsa pasar.