Garuda

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Garuda
Ilustrasi Garuda Indonesia. Foto: Soetomo Samsu/JPNN.com

Namun, candaan soal Garuda ini tidak main-main. Kabar terbaru yang viral menunjukkan surat terbuka Komisaris Garuda Peter Gontha yang meminta gajinya tidak usah dibayar dulu, supaya meringankan beban Garuda yang sampai sekarang masih merugi.

Gontha tidak mau menerima gaji komisaris karena prihatin dengan kondisi Garuda. Surat terbuka ini juga menjadi protes terbuka terhadap praktik manajemen Garuda yang dianggapnya tertutup.

Kehadiran Gontha sebagai komisaris dirasakannya muspra, tidak ada gunanya, karena direksi tidak pernah mendengar saran dari komisaris dan terkesan tidak membutuhkan adanya komisaris.

Surat terbuka Gontha ini bisa jadi menjadi sindiran kepada komisaris lain di PT Garuda. Salah satunya ialah Yenny Wahid, putri KH Abdurrahman Wahid.

Ketika Menteri BUMN Erick Thohir mengangkat Yenny sebagai komisaris independen Garuda, banyak suara protes karena mempertanyakan kompetensi Yenny.

Kasusnya sama saja dengan KH Said Agil Siradj yang diangkat menjadi komisaris PT KAI. Kompetensinya dipertanyakan dan diragukan.

Bedanya dengan Yenny, Kiai Said lebih beruntung karena PT KAI berkinerja bagus dan selalu untung.

Kompetensi Yenny kembali diungkit karena surat terbuka Peter Gontha itu viral ketika masyarakat masih panas memperbincangkan Abdee Slank sebagai komisaris PT Telkom. Pengangkatan Abdee dianggap sama dengan pengangkatan Yenny dan Kiai Said, sekadar bagi-bagi jabatan untuk para pendukung Jokowi.

PT Garuda Indonesia menjadi contoh paling memilukan bagaimana sebuah perusahaan transportasi milik negara dikelola.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News