Gawat, Para Peneliti Vaksin COVID-19 Jadi Sasaran Serangan Siber
Dalam satu kasus, para peretas menyamar sebagai perwakilan badan kesehatan dunia WHO.
Kasus lain, peretas menyamar sebagai perekrut di situs media sosial LinkedIn dan WhatsApp. Mereka mendekati peneliti di perusahaan farmasi, dengan dokumen elektronik berisi kode berbahaya yang disematkan dalam tawaran pekerjaan palsu.
"Serangan itu sangat canggih. Kadang seseorang datang ke pintu dan pintu tersebut langsung terbuka. Kadang orang (masih) menggunakan kata sandi yang sembrono," ujarnya.
Dua kelompok peretas
Secara umum, ada dua kelompok peretasan. Yaitu, kelompok yang disponsori negara tertentu dan kelompok lain yang hanya mencari keuntungan finansial sendiri.
FireEye menyebut kelompok pertama sebagai Advanced Persistent Ancaman (APT) dan memberi mereka nomor identifikai.
Sedangkan kelompok lain, yang sering menangani kejahatan terorganisir, disebut kelompok FIN.
Perusahaan keamanan siber lainnya memiliki sistem penamaan berbeda. Crowdstrike misalnya, menamai kelompok APT sesuai nama hewan di negara tersebut.
Misalnya, ada APT yang dinamai Maverick Panda terkait dengan China, Fancy Bear merujuk ke Rusia, serta Charming Kitten untuk APT dari Iran.
KETIKA para peneliti COVID di seluruh dunia berlomba mengembangkan vaksin yang efektif, diam-diam mereka dibuntuti oleh mata-mata dan pencuri di dunia siber
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025
- Harley Davidson Dibobol Penjahat Siber, Data Pelanggan Bocor, Waspada!
- Misinformasi Soal Kenaikan PPN Dikhawatirkan Malah Bisa Menaikkan Harga
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
- Dunia Hari Ini: Pemerintah Korea Selatan Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat
- Jakarta Punya Masalah Kucing Liar, Penuntasannya Dilakukan Diam-diam