Gawat, Para Peneliti Vaksin COVID-19 Jadi Sasaran Serangan Siber

Dalam satu kasus, para peretas menyamar sebagai perwakilan badan kesehatan dunia WHO.
Kasus lain, peretas menyamar sebagai perekrut di situs media sosial LinkedIn dan WhatsApp. Mereka mendekati peneliti di perusahaan farmasi, dengan dokumen elektronik berisi kode berbahaya yang disematkan dalam tawaran pekerjaan palsu.
"Serangan itu sangat canggih. Kadang seseorang datang ke pintu dan pintu tersebut langsung terbuka. Kadang orang (masih) menggunakan kata sandi yang sembrono," ujarnya.
Dua kelompok peretas
Secara umum, ada dua kelompok peretasan. Yaitu, kelompok yang disponsori negara tertentu dan kelompok lain yang hanya mencari keuntungan finansial sendiri.
FireEye menyebut kelompok pertama sebagai Advanced Persistent Ancaman (APT) dan memberi mereka nomor identifikai.
Sedangkan kelompok lain, yang sering menangani kejahatan terorganisir, disebut kelompok FIN.
Perusahaan keamanan siber lainnya memiliki sistem penamaan berbeda. Crowdstrike misalnya, menamai kelompok APT sesuai nama hewan di negara tersebut.
Misalnya, ada APT yang dinamai Maverick Panda terkait dengan China, Fancy Bear merujuk ke Rusia, serta Charming Kitten untuk APT dari Iran.
KETIKA para peneliti COVID di seluruh dunia berlomba mengembangkan vaksin yang efektif, diam-diam mereka dibuntuti oleh mata-mata dan pencuri di dunia siber
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia