Gawat, Para Peneliti Vaksin COVID-19 Jadi Sasaran Serangan Siber

Berhasilkah serangan terhadap peneliti COVID?
Serangan terhadap European Medicines Agency dengan target vaksin yang dikembangkan Pfizer bersama BioNtech, diakui berhasil mencuri beberapa dokumen.
Namun tidak dijelaskan seberapa berguna dokumen-dokumen yang dicuri tersebut.
Perusahaan dan lembaga pemerintah biasanya tidak akan melaporkan bila dibobol karena khawatir dengan reputasi mereka. Atau karena para peretas terlalu piawai sehingga serangannya tak disadari.
"Apa pun yang muncul dalam pemberitaan hanyalah puncak gunung es," kata Sergei Shevchenko.
Butuh waktu bulanan untuk menyadari adanya serangan siber. Pada tahun 2018, FireEye melaporkan rata-rata masa tunggu serangan siber (waktu sebelum serangan terdeteksi) adalah 71 hari di AS, dan 204 hari di Asia Pasifik.
Menurut Robert Potter, pakar keamanan siber Australia bekerja di Deplu AS, tidak ada bukti bahwa peretas telah mencuri data COVID yang berguna.
"Saya belum mendengar laporannya," katanya.
KETIKA para peneliti COVID di seluruh dunia berlomba mengembangkan vaksin yang efektif, diam-diam mereka dibuntuti oleh mata-mata dan pencuri di dunia siber
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia