Gaya Hidup Nazaruddin di Mata Orang Dekatnya, sebelum Ditangkap KPK
Berprinsip Paguada, Selalu Bawa Uang Cash hingga Rp 100 Juta
Senin, 22 Agustus 2011 – 08:08 WIB

Gaya Hidup Nazaruddin di Mata Orang Dekatnya, sebelum Ditangkap KPK
Namun, sumbangan sebesar itu bisa jadi "enteng" buat anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan Muhammad Latief dan Aminah itu. Sebab, sejak menginjakkan kaki di Demokrat setelah kongres di Bali 2005, dia dikenal sebagai pengusaha bidang kelapa sawit dan batubara.
Sebelum menjadi buron KPK, Nazar dikenal sebagai pribadi yang gampang bergaul. Mungkin itulah salah satu dasar mengapa dia hijrah dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke PD. Selain aktif di partai, dia suka kongkow di tempat-tempat elite, seperti restoran di Hotel Crowne Plaza Jakarta, Nippon Kan di kawasan Hotel Sultan Jakarta, coffee shop Hotel Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta, dan Tien Chao Hotel Grand Melia.
Dia juga suka mengeluarkan uang miliknya untuk membayar makanan di restoran masakan Jepang atau Tiongkok. Selain itu, dia dikenal mudah mengeluarkan uang di tempat spa dan sauna. Salah satu tempat favoritnya adalah luxury spa di Hotel Ritz-Carlton Mega Kuningan. "Sekali datang, paling murah USD 425 (sekitar Rp 3,8 juta) hingga USD 660 (sekitar Rp 5,9 juta)," ujar Nuril Anwar, mantan staf khusus Nazaruddin.
Dia juga menyebut bahwa jabatan sebagai wakil rakyat di DPR hanya status. Sebab, pada praktiknya dia lebih sering berada di restoran atau kafe. Maklum, Nazar dikenal memiliki agenda yang cukup padat setiap hari.
Sebelum menjadi buron lalu ditangkap KPK, sosok M. Nazaruddin dikenal bergaya hidup serbawah. Inilah kesaksian orang dekatnya. --------------------------
BERITA TERKAIT
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri