Gaya Pemimpin Era Krisis

Gaya Pemimpin Era Krisis
Gaya Pemimpin Era Krisis
Di masa krisis, terobosan komunikasi seperti itu sangat diperlukan. Dan, Obama memiliki kemampuan dan keterbukaan yang luar biasa. Inilah yang juga saya harapkan di masa kepresidenan Indonesia lima tahun ke depan. Tidak perlu seorang presiden mendapat dukungan mayoritas di DPR. Jangan takut dijegal oleh DPR. Sepanjang dia memang dipilih oleh rakyat dan kemenangannya cukup signifikan, mengapa harus takut pada DPR.

Kalau saja sampai terjadi DPR menghambat program presiden, cara-cara seperti yang dilakukan Obama bisa ditiru. Rakyat akan ikut menentukan mana yang lebih memenuhi harapan rakyat: Presiden atau wakil rakyat. Dengan demikian, akan terjadi juga proses pendewasaan DPR. Termasuk dalam proses ini adalah dikuranginya peran fraksi, sehingga anggota DPR sedikit lebih terbebas dari belenggu fraksi.

Lain dengan yang dilakukan Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao. Semestinya Wen memerintah dengan tangan besi. Apalagi, di zaman krisis seperti ini. Toh, Wen terus berdialog langsung dengan rakyat. Dia sangat rajin turun ke daerah-daerah yang paling menderita. Bahkan, dua hari lalu dia chatting dengan pengguna internet. Sebuah dialog langsung yang mestinya hanya bisa dilakukan oleh negara liberal.

Di Tiongkok pengguna internet memang luar biasa besarnya: 300 juta. Penguasa tahu kekuatan komunikasi yang terkandung di dalamnya. Maka sangat tepat kalau Wen memanfaatkannya. Kenapa Wen melakukan itu?

DI masa krisis berat seperti ini, para pemimpin dunia kelihatannya melakukan komunikasi langsung dengan rakyatnya melebihi dari yang sudah-sudah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News