Gaya Pemimpin Era Krisis

Gaya Pemimpin Era Krisis
Gaya Pemimpin Era Krisis
Dalam masa krisis, peran pemimpin memang sangat menentukan. Kalau dia terus bicara mengenai kesulitan-kesulitan krisis yang harus dihadapi, bisa-bisa rakyatnya akan takut, lemas, dan kehilangan semangat. Yang lebih membahayakan lagi kalau rakyatnya kehilangan sikap optimistis dan kehilangan kepercayaan diri.

Sebaliknya, kalau pemimpin terus menutupi kesulitan itu dan hanya memompa semangat melalui pidato, bisa-bisa rakyat terjerumus. Maka di masa seperti ini pemimpin memang harus pandai-pandai membuat keseimbangan antara menunjukkan realitas yang sulit dan memberikan optimisme melalui langkah konkret.

"Terus terang, baru sekali ini saya chatting di internet. Sesuatu yang pertama selalu saja membuat grogi," ujar Wen dengan nada gurau, tapi sangat mengena di hati rakyat biasa. "Baik sekali menggunakan cara ini untuk tukar pikiran secara langsung dengan rakyat," tambahnya.

"Rakyat telah memberi saya kekuasaan. Saya tidak tahu bagaimana membalasnya yang terbaik. Karena itu, saya habis-habisan melayani rakyat," katanya menjawab pertanyaan para netter. Ada 30 pertanyaan yang sempat dikomentari oleh Wen Jiabao di situ. Mulai yang berat-berat sampai yang ringan-ringan dan yang sangat pribadi. Misalnya: Berapa hari dalam setahun berada di rumah? Berapa gaji? Kalau almarhum Perdana Menteri Zhu Enlai terkenal sebagai peminum, berapa banyak Anda mampu minum (alkohol)? Dalam waktu senggang apakah Anda chatting di internet atau main playgame? Berapa jam tidur sehari? Sampai ke pertanyaan serius: apakah Anda merasa harga rumah di perkotaan masih terlalu tinggi?

DI masa krisis berat seperti ini, para pemimpin dunia kelihatannya melakukan komunikasi langsung dengan rakyatnya melebihi dari yang sudah-sudah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News