Gaya Pemimpin Era Krisis
Selasa, 03 Maret 2009 – 06:14 WIB
Jawaban-jawaban Wen, terus bermain di antara menceritakan realitas yang sulit-sulit dan harapan-harapan yang optimistis. Misalnya, kata-katanya yang lucu "sukses tidaknya mendorong orang untuk belanja itu bukan bagaimana pemerintah mengimbau orang agar belanja, tapi yang lebih penting adalah ada atau tidak ada uang di saku mereka."
Karena itu, pemerintah menganggarkan dana sampai 500 miliar dolar dalam empat tahun ini. Hasilnya pun sudah bisa dia ceritakan. "Sepuluh hari pertama Februari, penggunaan listrik sudah naik 13,2 persen," katanya. Dan, kalau dilihat sepuluh hari kedua, kenaikannya sudah 15 persen. Tingkat konsumsi juga sudah mulai naik. "Semua data ini akan terus kita ikuti dengan cermat. Kalau memang masih diperlukan, pemerintah akan menggenjot lagi," katanya.
Jawaban lain bentuknya imbauan. Misalnya, para pengusaha dan bankir harus punya jiwa sosial. Demikian juga para dokter harus memberikan pelayanan terbaik kepada orang yang lagi susah. "Kalau para dokter mengeluh, berikan keluhan itu kepada kami. Jangan sampai keluhan itu dilampiaskan dalam bentuk pelayanan yang kurang baik kepada pasien," katanya.
Wen ingin sekali membangun rasa percaya diri yang kuat bahwa Tiongkok mampu mengatasi krisis ini. "Percaya diri lebih berharga daripada emas atau uang," katanya. Membangun percaya diri juga bagian penting dari mengatasi krisis. (*)
DI masa krisis berat seperti ini, para pemimpin dunia kelihatannya melakukan komunikasi langsung dengan rakyatnya melebihi dari yang sudah-sudah.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT