Gayatri Wailissa, Hijrah ke Jakarta untuk Memburu Cita-Cita

Memang, orang tuanya tak menyangka Gayatri akan mendahului mereka. ”Benar-benar tidak menyangka. Kami tidak pernah menduga akan ditinggalkan begitu cepat. Tidak ada kata-kata apa pun darinya,” urai Nurul, sang bunda.
Hal yang sama diungkapkan kakak almarhumah, Wahyuni Wailissa. Sebab, selama ini Gayatri tidak pernah mengeluhkan apa pun kepadanya. Apalagi sakit kepala hingga tak tertahankan seperti yang diceritakan tetangga dan teman-teman Gayatri di Jakarta.
Kendati demikian, dia mengaku mengikhlaskan sang adik berpulang. Wahyuni percaya sang adik akan mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya. ”Dia sangat cinta kepada negara ini,” tandasnya.
Ibu satu anak itu mengungkapkan, ada momen yang paling membuat dirinya bersedih bila mengingat sang adik. Saat membereskan kamar Gayatri, dia menemukan sebuah catatan yang ditulis adik perempuannya tersebut.
Catatan itu bagaikan firasat khusus dari Gayatri. Tulisan tersebut berbunyi begini. Waktu yang telah berlalu tak dapat kembali. Waktu yang akan datang belum pasti ada. Maka pergunakanlah waktu saat ini dengan sebaik-baiknya..
Duka kehilangan Gayatri juga datang dari berbagai pihak. ’’Tentu ini juga menjadi duka negeri kita. Gayatri adalah generasi bangsa yang sangat luar biasa. Sebagai warga Maluku, saya turut merasakan kehilangan yang mendalam,’’ ujar anggota DPD RI asal Maluku Nono Sampono yang hadir di rumah duka.
Dia berharap anak-anak muda Indonesia dapat menjadikan Gayatri sebagai inspirasi dalam mencapai cita-cita dan mengharumkan nama bangsa.
’’Almarhumah adalah teladan yang sangat baik. Mudah-mudahan nanti lahir Gayatri-Gayatri lain dari seluruh pelosok tanah air,’’ tuturnya.
MALUKU kehilangan salah seorang putri terbaiknya. Gayatri Wailissa, gadis asal Ambon yang menguasai 13 bahasa itu, meninggal dunia di RS Abdi Waluyo,
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif