Gaza Ben

Oleh: Dahlan Iskan

Gaza Ben
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ayahnya pegawai kantor pajak di Aceh, tetapi sang ayah tidak pernah menjadikan pajak sebagai mata air kekayaan. Sang ayah pilih jadi air mata: sampai pensiun tidak punya rumah untuk keluarga.

Sang ayah husnulkhatimah. Dia syahid: meninggal sebagai korban tsunami. Pun salah satu kakak dan keponakan kecilnya.

Waktu itu ayah-ibu dan kakak dr Ben sempat lari dikejar tsunami. Pun si kecil, anak sang kakak, berhasil digendong. Mereka menuju masjid di desa itu. Masjid berlantai dua.

Sang ibu lari sambil menggendong si kecil –umur 2 tahun. Diikuti kakak Ben, ayah si kecil. Sampai di masjid mereka akan naik ke lantai atas. Sebelum naik tangga, sang ibu menyerahkan gendongan itu ke ayah si kecil. Takut jatuh.

Sang ibu berhasil naik tangga. Selamat. Sampai di lantai dua. Akan tetapi si kecil yang digendong bapaknya tersapu tsunami.

Bagaimana dengan ayah dokter Ben? Sebelum sampai masjid sang ayah ingat sesuatu: rumah belum dikunci. Dia balik ke rumah. Tidak kembali lagi.

Sehari setelah tsunami, dokter Ben sudah tiba di Aceh. Sebagai MER-C. Juga sebagai anak yang kehilangan ayahnya.

Ketika Palestina terus menderita, MER-C mendiskusikannya. Apa yang bisa diperbuat untuk Palestina.

Hari ini genap tiga bulan konflik besar Hamas-Israel. Belum ada tanda-tanda berakhir. Begitu kuatkah Hamas? Sampai mampu bertahan dari gempuran dahsyat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News