Gedung Itu jadi Saksi Tewasnya 500 Ribu Orang
Sabtu, 28 November 2009 – 11:45 WIB
Bayangkan, pada tahun-tahun itu bangsa Romawi sudah mampu membangun gedung yang megah, kukuh, dan konstruksinya termasuk dalam karya arsitektur bercita rasa tinggi. Coba bandingkan dengan Candi Borobudur, kebanggaan kita, yang menurut sejarah dibangun pada abad ke-9 atau pada tahun 824 Masehi.
Wapres Boediono dan Ny Herawati ketika berkunjung ke sana juga menyatakan keheranannya. Bahkan, ketika bersilaturahmi dengan warga Indonesia yang tinggal di Italia di KBRI Roma, Wapres kembali menyatakan kekagumannya pada bangunan Colosseum itu. "Kebesaran bangsa Romawi tercermin dari bangunan Colosseum itu," kata Wapres.
Melihat bangunannya yang melingkar, Colosseum merupakan gedung teater (amphitheatre) yang dibuat pada era Kaisar Vespasian. Ketika mendengar cerita dari pemandu wisata di Colosseum, yang terbayang adalah kengerian. Sebab, diceritakan, di bawah kekaisaran Nero, Colosseum digunakan untuk menghibur rakyat dengan mempertontonkan pertandingan binatang buas melawan manusia. Mereka yang ditandingkan dengaan binatang buas biasanya para tawanan perang, budak-budak, atau penjahat kelas berat. Dari situlah lantas muncul sebutan gladiator. Diperkirakan, pertandingan-pertandingan di Colosseum telah menewaskan sedikitnya 500 ribu orang dan membunuh lebih dari 1 juta binatang buas.
Gedung Colosseum bisa menampung hingga 55 ribu penonton. Mereka bisa masuk dari segala arah, melalui sedikitnya 80 pintu utama. Bangunan tersebut terdiri atas empat lantai. Menurut cerita, lantai atas untuk wanita dan rakyat biasa. Lantai dasar untuk para tokoh masyarakat. Dan, di bawah tanah terdapat kamar-kamar dan kandang-kandang untuk binatang buas. Bekas sekat-sekat kamar dan kandang itu masih bisa disaksikan hingga sekarang. Menurut cerita, ketika pertunjukan gladiator dimulai, binatang-binatang buas diangkat dari kandang. Begitu muncul, binatang-binatang itu sudah berada di tengah arena pertarungan.
Di antara situs-situs bersejarah di Roma, ada yang dibangun pada abad pertama. Saking pentingnya nilai sejarah bangunan itu, pengawasannya langsung
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408