Gegara Pandemi COVID-19, Masyarakat Hanya Punya Dua Pilihan Gaya Rambut
"Sepertinya masa pandemi COVID-19, membuat toko online yang menjual alat cukur rambut laris manis. Buktinya saya harus menunggu beberapa hari karena alat cukurnya kehabisan," ungkap Satrio.
Dia menambahkan, toko-toko online ini sepertinya tidak menyangka akan banyak konsumen yang membutuhkan alat cukur rambut. Lantaran selama ini jarang yang beli kecuali tukang cukur rambut, salon maupun barbershop.
"Rambut diplontos begini tidak susah-susah. Yang penting botak saja," ucap Satrio sambil tertawa.
Sementara Setiawan nyaman dengan rambut gondrong. Agar tidak terganggu, dia memilih menguncir rambutnya.
"Dikuncir saja. Nanti kalau sudah selesai pandemi COVID-19, baru ke barbershop lagi, dipotong anggap syukuran bebas dari wabah Corona," tandas pria yang berprofesi sebagai lawyer ini. (esy/jpnn)
Pandemi COVID-19, membuat masyarakat takut ke barbershop atau tukang cukur rambut.
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad
- AHF Indonesia Dorong Peran Asia dalam WHO Pandemic Agreement
- Dana Penanganan Covid-19 di Sumbar Diduga Dikorupsi, Belasan Saksi Diperiksa
- Waspada Covid Kembali, Kemenkes Imbau Masyarakat Terapkan Hidup Sehat dan Terapkan Prokes
- Hadir Selepas Pandemi Covid-19, Titan Run Siap Kembali Manjakan Para Runner
- Tren Pemulihan Ekonomi Makin Solid Setelah Pandemi Covid-19 Berlalu
- Akademisi UI Terbitkan Buku Evaluasi Efektivitas PPKM dalam Penanganan Pandemi Covid-19