Gejala IBD Sering Terabaikan,  Akibatnya Fatal, Waspadalah 

Gejala IBD Sering Terabaikan,  Akibatnya Fatal, Waspadalah 
Fun Walk RS Abdi Waluyo dalam rangka memperingati World  Inflammatory Bowel Disease Day 2024.  Foto. dok RS Abdi Waluyo

Pada UC, penderitanya bisa mengalami toxic megalocon (pembengkakan usus besar yang beracun), perforated colon (lubang pada usus besar), dehidrasi berat dan meningkatkan risiko kanker usus besar. 

Pada CD, ujarnya, penderita bisa mengalami bowel obstruction, malnutrisi, fistulas, dan anal fissure (robekan pada jaringan anus).

Jika kedua jenis IBD ini dibiarkan, keduanya bisa menciptakan komplikasi seperti: penggumpalan darah, radang kulit, mata, dan sendi, serta komplikasi lainnya.

Diagnosis IBD dibuat berdasarkan keluhan pasien seperti nyeri perut berulang, perubahan pola buang air besar, buang air besar berdarah, serta penurunan berat badan, ditambah dengan pemeriksaan fisik dan penunjang. 

“Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan di antaranya adalah pemeriksaan feses, darah, radiologi (CT scan dan MRI abdomen sesuai indikasi), dan endoskopi saluran cerna. Pasien yang sudah didiagnosis penyakit radang usus akan kemudian dinilai tingkat keparahan penyakitnya menggunakan sistem skoring,” jelas Prof. Marcel, sapaan akrabnya.

Dia menenangkan talaksana penyakit IBD umumnya menggunakan terapi obat (tablet dan injeksi).

Namun, pada beberapa keadaan diperlukan tindakan operasi/pembedahan atau bahkan dilakukan tatalaksana dengan kombinasi obat-obatan dan pembedahan. 

Beberapa jenis vaksinasi direkomendasikan juga bagi pasien IBD sebagai bentuk pencegahan infeksi. 

Gejala IBD sering terabaikan,  akibatnya bisa fatal karena menimbulkan kematian penderita 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News