Gelap Cahaya

Oleh: Dahlan Iskan

Gelap Cahaya
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Memang lama-lama terasa tidak gelap. Sebersit cahaya dari gerbang sudah bisa mengusir gelap. Kata "mengusir" itu tidak tepat.

Kata "gelap" hanyalah ciptaan penyair. Di mata ilmuwan gelap itu tidak ada. Yang ada adalah cahaya. Gelap terjadi karena tidak ada cahaya.

Maka di remang-remang cahaya itu kami menuju arah imam biasa memimpin salat.

Saya minta Alwi yang jadi imam. Alwi justru memaksa saya jadi imam. Terjadilah saling paksa.

Akhirnya saya bisiki telinga Alwi: "Anda saja yang jadi imam. Saya baru saja murtad."

Alwi pun tersenyum. Saya langsung mengumandangkan ikamah. Serasa Novi Basuki lagi jadi imam di depan saya.

Rupanya teman yang Buddha dan Kristen tadi mengabadikan kami salat. Entah dari mana mereka dapat cahaya (lihat foto).

Sebenarnya ada satu teman lagi yang bisa dipaksa jadi imam: Moh Khodir. Dia, dulu, guru bahasa Mandarin Alwi di Pondok Nurul Jadid. Juga guru Mandarin-nya Novi Basuki.

Masjid Fuzhou ini memang berbeda dengan banyak masjid di Tiongkok. Di Beijing maupun Tianjin, masjidnya berada di tengah komunitas Tionghoa suku Hui.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News