Gelar Webinar, DPP Milenial Indonesia Membahas Krisis Energi Global
jpnn.com, JAKARTA - Dewan Pengurus Pusat (DPP) Milenial Indonesia menggelar Webinar Nasional bertema Menyelamatkan Indonesia dari Jerat Krisis Energi Global.
Webinar ini dihadiri ratusan generasi milenial dari beragam provinsi. Rangkaian diskusi ini memantik diskusi sebelumnya mengenai kenaikan BBM dan Ancaman Inflasi.
Ketua Umum Milenial Indonesia Sureza Sulaiman menyebutkan Indonesia disinyalir negara yang rentan terhadap krisis energi disebabkan cadangan energi yang berkisar 9-10 tahun lagi.
Konsumsi BBM negara kita masih bergantung pada impor, sehingga perkembangan geopolitik menyebabkan banyak efek domino kepada isu energi di dalam negeri.
“Agenda webinar ini dimaksudkan sebagai wadah menjawab tantangan tersebut. Dengan menggunakan segala daya upaya diharapkan Indonesia bisa bertahan di tengah situasi yang sulit ini," kata Sureza selaku pada Rabu (7/9).
Webinar ini dipandu oleh Sekretaris Umum Milenial Indonesia Yusuf Salam. Sementara itu Dede Abdul Basyir dan Hanifa Sutrisna menjadi pembicara.
“Peristiwa pandemi Covid-19 mengubah segala realitas termasuk isu energi dan perdagangan internasional. Sebelum pandemi, pemerintah Indonesia sedang bergerak ke arah energi terbarukan (green energi) atau energi bersih, sayangnya terhambat karena peristiwa Covid-19 melanda seluruh dunia,” ujar Dede Abdul Basyir.
Selanjutnya, Dede Abdul Basyir menjelaskan beberapa peluang terkait energi akibat adanya perubahan musim di belahan Eropa.
Dewan Pengurus Pusat (DPP) Milenial Indonesia menggelar Webinar Nasional bertema Menyelamatkan Indonesia dari Jerat Krisis Energi Global.
- Electricity Connect 2024 Siap Jadi Sarana Solusi Inovatif untuk Tantangan Transisi Energi Bersih
- Survei Schneider Electric: 71 Persen Pemimpin Bisnis Memprioritaskan Keberlanjutan
- Tak Mau Trans Semarang Disebut Cumi-cumi Darat, Yoyok Sukawi Tawarkan Bus Listrik
- Komitmen Prabowo untuk Pengembangan Energi Baru Terbarukan, PT HGI Siapkan Cara Ini
- Dirjen EBTKE Sebut Pemanfaatan EBT Perlu Investasi USD 15,9 Miliar hingga 2030
- Inilah Momen Pelita Air Terbang Perdana Gunakan SAF di Bali International Air Show 2024